Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi setang motor (freepik/borisenkoket)
Ilustrasi setang motor (freepik/borisenkoket)

Intinya sih...

  • Getaran motor dapat mengganggu sistem saraf tangan dan lengan

  • Getaran bisa menyebabkan nyeri pinggang

  • Getaran panjang mengganggu sirkulasi dan kualitas fokus

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak pengendara motor terbiasa menghadapi getaran setiap hari tanpa pernah memikirkan dampaknya bagi tubuh. Getaran kecil dari mesin, aspal yang bergelombang, atau suspensi yang keras sering dianggap hal biasa, padahal efeknya bisa menumpuk dalam jangka panjang. Jika kamu naik motor 30–60 menit setiap hari, tubuhmu sebenarnya sedang menerima ribuan getaran mikro tanpa henti.

Masalahnya, tubuh manusia tidak dirancang untuk menahan getaran terus-menerus dalam intensitas yang sama setiap hari. Sama seperti pekerja industri yang terpapar mesin bergetar, para biker harian juga termasuk kelompok yang rentan mengalami gangguan otot, saraf, dan sirkulasi darah. Karena dampaknya muncul perlahan, banyak orang baru sadar setelah keluhan mulai mengganggu aktivitas.

1. Getaran mengganggu sistem saraf tangan dan lengan

ilustrasi biker mengenakan sarung tangan (pexels.com/Rachel Claire)

Bagian tubuh yang paling sering terkena efek getaran motor adalah tangan dan lengan. Saat kamu menggenggam stang terus-menerus, getaran mesin akan merambat langsung ke saraf dan jaringan otot. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu gejala seperti kesemutan, rasa tebal di ujung jari, atau tangan cepat lelah meski hanya memegang benda ringan. Kondisi tersebut mirip dengan hand-arm vibration syndrome (HAVS) yang dialami pekerja alat berat.

Selain itu, getaran yang konstan juga dapat mengganggu aliran darah di ujung jari, membuat tangan menjadi lebih dingin dan sulit memegang sesuatu dengan stabil. Banyak rider mengira keluhan ini hanya karena cuaca atau usia, padahal akarnya ada pada kebiasaan berkendara yang tidak disadari.

2. Getaran bisa menyebabkan nyeri pinggang

ilustrasi biker mengenakan sarung tangan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Pinggang adalah bagian tubuh yang paling menderita ketika kamu naik motor setiap hari, terutama jika posisi dudukmu kurang ideal atau motor memiliki bantingan suspensi keras. Getaran dari jalan yang rusak akan diterima langsung oleh tulang belakang bagian bawah. Jika hal ini berlangsung bertahun-tahun, postur tubuh bisa berubah tanpa kamu sadari.

Rider harian sering mengalami keluhan seperti pinggang terasa “kaku,” nyeri saat bangun tidur, atau punggung cepat pegal saat duduk lama. Getaran ini membuat otot lumbar bekerja dua kali lebih keras untuk menjaga kestabilan tubuh. Dalam jangka panjang, bisa memicu risiko skoliosis ringan, saraf terjepit, dan masalah cakram tulang belakang. Yang lebih berbahaya, keluhan biasanya muncul bertahap sehingga banyak pengendara baru menyadarinya ketika kondisi sudah parah.

3. Getaran panjang mengganggu sirkulasi dan kualitas fokus

ilustrasi naik motor (pexels.com/Khoa Võ)

Getaran yang terus menerus membuat tubuh bekerja ekstra untuk menjaga keseimbangan. Tanpa disadari, tubuhmu mengeluarkan energi lebih banyak hanya untuk tetap stabil di atas motor. Hal ini bisa menurunkan stamina harian, membuatmu lebih cepat lelah, dan mengurangi kemampuan fokus. Rider yang sering berkendara jarak jauh juga kerap merasakan “fatigue riding,” kondisi ketika tubuh terasa lemas padahal kecepatan tidak terlalu tinggi.

Selain itu, getaran motor dapat memengaruhi sirkulasi darah di seluruh tubuh. Jika aliran darah terganggu, kamu mungkin mengalami kaki mudah pegal, tangan cepat dingin, hingga penurunan refleks. Otot yang tegang terus-menerus akan menimbulkan stres fisik berkepanjangan, mirip dengan orang yang berolahraga tanpa pemulihan.

Getaran motor memang tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa diminimalkan dengan setelan suspensi yang tepat, tekanan ban ideal, sarung tangan tebal, dan posisi duduk yang benar. Tubuhmu bekerja keras setiap hari, jadi penting untuk menyadari risiko-risiko kecil yang jika diabaikan bisa berubah menjadi masalah kesehatan besar di kemudian hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team