Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jas hujan untuk touring (pexels.com/Labskiii)
ilustrasi jas hujan untuk touring (pexels.com/Labskiii)

Intinya sih...

  • Bahan jas hujan tidak 100 persen waterproof, seperti parasut yang hanya tahan gerimis ringan

  • Cara pemakaian yang kurang tepat dapat membuat air masuk lewat celah di leher, dada, atau pergelangan tangan

  • Kurang perawatan atau lapisan pelindungnya sudah rusak bisa membuat air meresap ke dalam jas hujan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi pengendara motor, jas hujan adalah perlengkapan wajib saat musim hujan tiba. Namun, banyak yang pernah mengalami situasi menyebalkan: sudah memakai jas hujan rapat-rapat, tapi air masih saja tembus dan membuat pakaian di dalam basah. Kadang bocornya di pundak, pinggang, atau bahkan bagian dada, padahal jas hujan terlihat masih baru dan tak sobek. Hal ini sering menimbulkan pertanyaan, apakah jas hujannya rusak, atau memang tidak sepenuhnya kedap air?

Masalah air tembus meski sudah memakai jas hujan sebenarnya bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari bahan, desain, hingga cara pemakaian dan perawatan. Tidak semua jas hujan memiliki kemampuan tahan air yang sama. Ada yang hanya menahan gerimis ringan, tapi tidak sanggup menghadapi hujan deras dan angin kencang. Untuk memahami penyebabnya, mari lihat beberapa hal yang sering membuat air hujan tetap bisa menembus jas hujan.

1. Bahan jas hujan tidak 100 persen waterproof

ilustrasi seorang perempuan menggunakan jas hujan (freepik.com/gpointstudio)

Tidak semua jas hujan dibuat dari bahan tahan air sepenuhnya. Beberapa jas hujan berbahan parasut, misalnya, hanya bersifat water repellent, artinya air akan menetes di permukaan, tapi jika terkena hujan deras dalam waktu lama, air tetap bisa meresap ke dalam serat kain.

Bahan PVC (polyvinyl chloride) atau EVA (ethylene vinyl acetate) umumnya lebih baik dalam menahan air karena lapisannya padat dan kedap air. Namun, bahan seperti ini juga lebih berat dan kurang fleksibel, sehingga sebagian orang memilih parasut karena lebih ringan, meski daya tahan airnya lebih rendah.

Selain bahan utama, kualitas sambungan atau jahitan juga berpengaruh besar. Jas hujan dengan jahitan biasa tanpa lapisan pelindung tambahan di bagian sambungan rentan bocor karena air bisa masuk lewat celah benang. Model jas hujan yang disambung dengan sistem press atau dilapisi lem khusus biasanya lebih aman dari rembesan.

2. Cara pemakaian yang kurang tepat

ilustrasi pengendara motor yang menggunakan jas hujan (pixabay.com/Syahdannugraha)

Meski jas hujan bagus, cara pemakaiannya juga menentukan efektivitasnya. Banyak orang mengenakan jas hujan dengan terburu-buru sehingga bagian penutup depan atau kancing tidak tertutup rapat. Begitu terkena angin kencang saat berkendara, air bisa terdorong masuk lewat celah di leher, dada, atau pergelangan tangan.

Selain itu, posisi jas hujan yang terlalu longgar juga bisa membuat air menetes ke dalam, terutama jika celananya tidak menutupi sepatu atau bagian lutut dengan baik. Model dua potong sering kali lebih berisiko bocor dibandingkan model ponco karena sambungan antara atasan dan bawahan bisa terbuka saat bergerak di jalan.

3. Kurang perawatan atau lapisan pelindungnya sudah rusak

ilustrasi jas hujan (pexels.com/Mehrajul Karim)

Seiring waktu, lapisan pelindung anti air pada jas hujan bisa menurun kualitasnya. Terlalu sering dijemur di bawah matahari, dilipat dalam keadaan lembap, atau dicuci dengan deterjen keras bisa merusak permukaannya. Akibatnya, air tidak lagi menetes di luar, melainkan meresap perlahan ke dalam.

Untuk menjaga daya tahan jas hujan, sebaiknya bersihkan dengan air bersih tanpa sabun keras, keringkan di tempat teduh, dan simpan dalam kondisi benar-benar kering. Jika jas hujan sudah mulai kehilangan kemampuan anti air, kamu bisa menyemprotkan waterproof coating yang banyak dijual di pasaran sebagai solusi sementara.

Dengan memahami penyebab-penyebab tersebut, pengendara bisa lebih bijak memilih dan merawat jas hujan agar tetap berfungsi maksimal. Jadi, bukan hanya soal harga atau merek, tapi bagaimana jas hujan digunakan dan dirawat yang menentukan apakah kamu tetap kering atau justru basah kuyup di tengah hujan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team