Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi isi bensin (unsplash.com/Visual Karsa)
ilustrasi isi bensin (unsplash.com/Visual Karsa)

Intinya sih...

  • Mesin standar tidak butuh bensin ber-RON tinggiMotor harian umumnya memiliki rasio kompresi antara 9:1 hingga 10:1. Pada rasio ini, bensin dengan RON 90–92 sudah cukup untuk mencegah knocking.

  • Biaya isi bensin jadi lebih tinggi tanpa hasil signifikanBensin ber-RON tinggi biasanya lebih mahal 2.000–5.000 rupiah per liter dibandingkan bensin standar, namun perbedaan konsumsi bahan bakar atau performa hampir tidak terasa.

  • Efek negatifnya bisa muncul kalau mesin jarang dipakaiBensin ber-RON tinggi juga memiliki campuran aditif yang berbeda dan sifat penguapan yang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di stasiun pengisian bahan bakar, angka RON yang lebih besar sering dianggap sebagai tanda premium, seolah semakin tinggi RON berarti semakin baik untuk semua kendaraan. Padahal, tidak semua mesin motor membutuhkan bensin dengan angka oktan tinggi. Jika digunakan tanpa alasan teknis yang tepat, justru bisa jadi pemborosan yang tak memberikan efek nyata.

RON (Research Octane Number) menunjukkan kemampuan bahan bakar menahan gejala knocking, yaitu ledakan dini di ruang bakar sebelum busi memercikkan api. Mesin dengan kompresi tinggi memang butuh RON tinggi agar pembakaran lebih stabil. Tapi untuk motor harian dengan kompresi rendah, menggunakan bensin ber-RON tinggi malah tidak menambah tenaga, karena mesin tidak dirancang untuk memanfaatkannya.

1. Mesin standar tidak butuh bensin ber-RON tinggi

ilustrasi perempuan naik motor (pexels.com/Rendi iD)

Motor harian umumnya memiliki rasio kompresi antara 9:1 hingga 10:1. Pada rasio ini, bensin dengan RON 90–92 (seperti Pertalite atau Pertamax) sudah cukup untuk mencegah knocking. Jika kamu menggunakan bensin RON 95 ke atas, proses pembakaran tetap terjadi dengan cara yang sama, tanpa tambahan tenaga. Mesin tidak akan menjadi lebih cepat, malah terkadang terasa sedikit “kurang responsif” karena bahan bakar dengan RON tinggi butuh tekanan lebih besar untuk terbakar sempurna.

2. Biaya isi bensin jadi lebih tinggi tanpa hasil signifikan

ilustrasi menghitung dengan kalkulator (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bensin ber-RON tinggi biasanya lebih mahal 2.000–5.000 rupiah per liter dibandingkan bensin standar. Padahal, pada mesin berkompresi rendah, perbedaan konsumsi bahan bakar atau performa hampir tidak terasa. Jadi, kamu sebenarnya hanya membayar lebih untuk efek yang tidak bisa dirasakan oleh motormu. Dalam jangka panjang, selisih biaya per bulan bisa cukup besar, terutama untuk motor yang digunakan setiap hari.

3. Efek negatifnya bisa muncul kalau mesin jarang dipakai

ilustrasi parkir motor matic (pexels.com/SAM COLE)

Bensin ber-RON tinggi juga memiliki campuran aditif yang berbeda dan sifat penguapan yang lebih lambat. Kalau motormu jarang digunakan, bahan bakar ini bisa mengendap dan meninggalkan residu di tangki atau injektor. Akibatnya, aliran bahan bakar jadi tidak lancar dan tarikan motor terasa berat. Jadi, bukannya mesin lebih bersih, justru kamu bisa mengalami masalah baru karena penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai kebutuhan.

Jadi, menggunakan bensin ber-RON tinggi tidak selalu membuat motor lebih irit atau bertenaga. Bahan bakar jenis ini hanya efektif untuk mesin dengan rasio kompresi tinggi atau motor sport yang memang dirancang untuk performa tinggi. Untuk motor harian, bensin ber-RON sedang seperti Pertalite Plus atau Pertamax sudah cukup. Bijaklah memilih bahan bakar sesuai spesifikasi mesin, bukan karena gengsi atau iklan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team