Progres pembangunan Sirkuit Mandalika. (instagram.com/themandalikagp)
Sejak Februari hingga proses pengaspalan rampung pada Agustus 2021, Dwianto mengungkapkan ada banyak rintangan yang dihadapi timnya. Pertama, soal batu yang digunakan untuk lapisan terluar aspal. Batu itu diproduksi di Palu selama empat bulan sekali.
Lalu, karena ketiadaan alat tes untuk batu yang memadai, batu-batu ini kemudian harus dikirim ke London dan Irlandia untuk dites di sana selama dua minggu sekali. Dari berbagai proses ini, terciptalah Stone Matic Asphalt (SMA) yang apik untuk Mandalika.
Lalu, proses pengaspalan pun harus melalui rintangan tersendiri. Karena pengaspalan dimulai pada Februari, banyak proses yang tertunda sampai Maret, karena Indonesia tengah diguyur hujan ketika itu. Apalagi, proses pengaspalan SMA benar-benar mempertimbangkan suhu.
Tidak cuma itu, cara mengaspal Mandalika juga sedikit berbeda. Mereka menggunakan mesin aspal dua finisher dengan ekstensi, pengaspalan di Mandalika berbeda dengan cara mengaspal sirkuit di Eropa. Selain itu, suhu di mesin aspal itu juga minimal harus 200 derajat.
Barulah dalam beberapa bulan terakhir, ketika cuaca mulai membaik, ditopang dengan usaha luar biasa dari para pengaspal di lapangan, proses pengaspalan SMA bisa dikebut. Dengan suhu cuaca Lombok yang mendukung, pengaspalan rampung pada Agustus 2021.
"Jadi memang untuk lapis terakhir ini yang paling risiko adalah suhu, jadi Alhamdulillah ketika kita mengaspal kemarin suhu di Lombok mendukung, sehingga bisa selesai. Mudah-mudahan trek ini disenangi para pembalap, karena bisa mendukung performa mereka," kata Dwianto.