3 Biang Kerok yang Bikin Harga Pupuk Nonsubidi Meroket

Jakarta, IDN Times - SVP Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero), Wijaya Laksana mengungkapkan alasan di balik melambungnya harga pupuk belakangan ini. Sebagian besar penyebabnya adalah beberapa peristiwa internasional yang terjadi sejak pertengahan 2021.
Penyebab pertama adalah pembatasan ekspor bahan baku pembuatan pupuk yang dilakukan oleh Rusia dan China. Wijaya mengatakan, dua negara tersebut merupakan pengekspor dua jenis bahan baku pupuk NPK, yakni Fosfor (P) dan Kalium (K).
"Ada jenis pupuk yang tidak mungkin diproduksi di Indonesia, yaitu jenis pupuk NPK. Nitrogen kita satu yang terbaik di dunia, Urea lumayan besar di dunia. Masalahnya Fosfor dan Kalium harus impor dan negara pengekspor Fosfor dan Kalium itu China dan Rusia yang sebelum perang menghentikan ekspor mereka pertengahan tahun lalu," tutur Wijaya, dalam media briefing di Jakarta, Senin (11/4/2022).
1. Rusia dan China miliki pangsa pasar besar untuk P dan K
Wijaya menambahkan, kedua negara tersebut memegang pangsa pasar cukup besar untuk kedua jenis bahan pembuatan pupuk NPK tersebut.
"Padahal mereka memegang pasar 20 sampai 30 persen dari pasar pupuk dunia untuk 2 jenis pupuk. Khusus untuk Rusia, mereka produksi pupuk kalium, merek dagang KCL, dan potassium," kata dia.
2. Kenaikan harga komoditas dunia
Selain karena pembatasan ekspor yang dilakukan Rusia dan China, melesatnya harga pupuk juga diperparah melalui kenaikan harga komoditas dunia seperti gas bumi yang jadi bahan baku pembuatan pupuk. Wijaya yang selama 18 tahun berkecimpung di industri pupuk, merasa heran dengan kenaikan harga pupuk tersebut.
"Saya hampir 18 tahun kerja di pupuk belum pernah mengalami sepet ini. Jadi, harga pupuk urea, biasanya satu ton paling banter 300 sampai 500 dolar. Harga urea di akhir tahun 2021 sampai 1.000 dolar AS per ton," kata Wijaya.
Sementara itu, harga Fosfor dan Kalium juga mengalami peningkatan bahkan hingga 1.200 dolar per ton atau naik tiga kali lipat dari yang semestinya.
"Jadi kami di pengadaan sempat kelimpungan mencari kapal di akhir tahun. Kapalnya gak ada dan kalau ada harganya mahal bisa sampai 200 P," ujar Wijaya.
Terakhir, sambung Wijaya, kenaikan harga pupuk disebabkan oleh perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sejak awal 2021.
3. Stok pupuk aman hingga sebulan ke depan.
Wijaya menyatakan stok pupuk subsidi mereka saat ini mencapai lebih dari 820 ribu ton.
"Per tanggal 10 April 2022 kami punya stok pupuk subsidi sebanyak 828.393 ton. Sampai bulan depan sehabis Lebaran stok pupuk subsidi aman," ujar Wijaya.
Adapun stok pupuk subsidi yang berjumlah 828.393 ton ini terdiri dari pupuk Urea sebanyak 394.444 ton, pupuk NPK sebanyak 224.116 ton, pupuk SP-36 sebanyak 44.284 ton, pupuk ZA sebanyak 94.483 ton, dan pupuk organik sebanyak 71.066 ton.
Wijaya menambahkan, stok pupuk subsidi yang dimiliki Pupuk Indonesia saat ini telah melebihi ketentuan minimum yang diatur pemerintah.
Pemerintah sendiri mengatur jumlah minimum stok pupuk subsidi pada angka 314.120 ton.
"Saat ini stok kami hampir tiga kali lipat dari ketentuan pemerintah dan ini berarti cukup untuk memenuhi kebutuhan petani selama 4 pekan ke depan ," ucap Wijaya.