Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
20250918_111941(2).jpg
Kepala BGN Dadan Hindayana. (IDN Times/Trio Hamdani)

Intinya sih...

  • Produksi dalam negeri belum cukup jadi alasan imporDadan menjelaskan, kebutuhan food tray untuk melaksanakan MBG dalam empat bulan terakhir mencapai sekitar 15 juta buah per bulan. Namun, kapasitas produksi dalam negeri baru mampu menyediakan sekitar 11,6 juta buah.

  • Penjelasan soal isu minyak babi pada food trayLebih lanjut, Dadan menanggapi isu terkait dugaan penggunaan minyak babi dalam food tray. Dia menekankan wadah tersebut berbahan logam, termasuk nikel, sehingga tidak mengandung minyak di dalamnya.

  • BGN dalami dugaan food tray mengandung minyak babiBGN se

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Badan Gizi Nasional (BGN) sudah berkoordinasi dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) terkait penggunaan ompreng (food tray) dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kepala BGN Dadan Hindayana menegaskan, setiap food tray impor harus memiliki sertifikat halal sebelum digunakan. Menurutnya, kerja sama dengan BPJPH dilakukan agar seluruh importir memastikan produknya mendapat cap halal.

"Kita sudah kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal agar seluruh importir minta sertifikat halal ke BPJPH supaya food tray itu nanti akan dicap halal," kata Dadan di Kantor BGN, Jakarta, Kamis (18/9/2025).

1. Produksi dalam negeri belum cukup jadi alasan impor

Inin Nastain IDN Times/ Menata ompreng di atas meja

Dadan menjelaskan, kebutuhan food tray untuk melaksanakan MBG dalam empat bulan terakhir mencapai sekitar 15 juta buah per bulan. Namun, kapasitas produksi dalam negeri baru mampu menyediakan sekitar 11,6 juta buah.

Artinya, masih terdapat kekurangan sekitar empat juta food tray per bulan. Jika impor dihentikan sepenuhnya, dia khawatir pelaksanaan program MBG akan terganggu karena tidak ada wadah yang memadai untuk distribusi makanan.

"Kebutuhan kita sekarang di empat bulan terakhir itu 15 juta food tray per bulan. Nah, produksi dalam negeri baru bisa 11,6 juta. Jadi ada miss empat juta. Kalau kita tutup impornya, takutnya program ini akan terganggu," paparnya.

2. BGN fokus pada industri food tray dalam negeri

Kepala BGN Dadan Hindayana. (IDN Times/Trio Hamdani)

Lebih lanjut, Dadan menanggapi isu terkait dugaan penggunaan minyak babi dalam food tray. Dia menekankan wadah tersebut berbahan logam, termasuk nikel, sehingga tidak mengandung minyak di dalamnya.

Minyak hanya dipakai saat proses pencetakan atau stamping untuk mencegah peralatan panas berlebih. Setelah proses selesai, food tray dibersihkan melalui perendaman hingga steril.

"Nah, isunya adalah menggunakan minyak apa. Nah, untuk di dalam negeri rata-rata menggunakan minyak nabati ya. Artinya dari tumbuhan dan kita akan fokuskan food tray ini berbasis industri dalam negeri," sebut Dadan.

3. BGN dalami dugaan food tray mengandung minyak babi

Ilustrasi Ompreng Stainless Steel (Foto: Shopee)

BGN sebelumnya mendalami dugaan ompreng atau food tray MBG dari Chaoshan, China yang mengandung minyak babi. Dadan menegaskan, selama ini pihaknya belum pernah melakukan pengadaan ompreng untuk Program MBG.

"Sedang check and recheck (diperiksa kembali). BGN 'kan belum pernah mengadakan," kata Kepala BGN Dadan Hindayana dilansir ANTARA, Selasa (26/8/2025).

Diketahui, Indonesia Business Post yang melaporkan hasil investigasi di wilayah Chaoshan, bagian timur Provinsi Guangdong, China, yang diduga merupakan importir ompreng untuk Program MBG di Indonesia.

Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyatakan telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 9369:2025 tentang wadah bersekat (food tray) dari baja tahan karat untuk makanan guna mendukung Program MBG.

Editorial Team