Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ada Sentimen Suku Bunga The Fed, Berikut Rekomendasi Saham Pekan Ini

ilustrasi IHSG (IDN Times/Muhammad Surya)
ilustrasi IHSG (IDN Times/Muhammad Surya)
Intinya sih...
  • Pergerakan IHSG bullish, didukung oleh kesepakatan dagang AS-Jepang dan pengajuan RAKB perusahaan pertambangan.
  • Potensi market pekan ini dipengaruhi oleh data suku bunga The Fed, FFR, PCE Juli AS, dan PMI China serta Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bullish dalam sepekan terakhir dengan kenaikan sebesar 3,17 persen dan inflow di pasar reguler sebanyak Rp413 miliar.

"Pergerakan IHSG dari 10 Juli 2025, ketika terjadi breakout minor CnH, hingga kini IHSG masih terus konsisten bergerak di atas MA5 yang menunjukkan kuatnya akselerasi," kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/7/2025).

Imam menambahkan, kenaikan IHSG sejak 10 Juli 2025 disokong oleh dua sektor dengan kenaikan yang sangat signifikan, yaitu IDXINFRA dan IDXTECHNO. Beberapa konstituen di dalam kedua indeks sektoral ini memang mencatatkan kenaikan yang signifikan, misalnya di IDXTECHNO ada saham DCII, EMTK, WIFI, dan EDGE. Sementara di IDXINFRA ada BREN, SSIA, TOWR.

"Perlu diketahui bahwa beberapa waktu lalu BI kembali memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 bps dan kedua sektor ini baik IDXINFRA maupun IDXTECHNO merupakan dua sektor yang cukup sensitif terhadap suku bunga,” kata Imam.

1. Katalis dalam sepekan kemarin

Rincian proposal RI ke Amerika.png
Donald Trump (Dok. White House)

Selain itu, dalam sepekan kemarin ada beberapa katalis yang menarik, yakni pada Selasa (22/7/2025) AS mencapai kesepakatan tarif impor dengan Jepang sebesar 15 persen.

"Lalu apa dampak bagi Indonesia? Saya melihat ada dua dampak, baik positif dan negatif. Dampak positifnya, dengan adanya kesepakatan dagang antara AS dan negara lainnya, hal ini semakin mereduksi ketidakpastian ketegangan yang disebabkan oleh tarif, VIX indeks juga turun -11,71 persen di pekan lalu," ujar Imam.

Dia menambahkan, kesepakatan dagang ini juga berpotensi memberikan dampak negatif bagi Indonesia karena salah satu kontributor terbesar FDI Indonesia adalah Jepang. Pada kuartal I-2025 saja Jepang telah merealisasikan investasi di Indonesia sebanyak 1,0 miliar dolar AS atau Rp16 trilun lebih, Dengan masifnya investasi di AS, ada kekhawatiran Jepang akan mengurangi porsi di negara lain termasuk salah satunya Indonesia.

Sementara itu dari domestik, ada pengajuan RAKB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) perusahaan pertambangan baru bara dan mineral, menyusul ketetapan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahwa seluruh perusahaan pertambangan baik mineral maupun batu bara wajib mengajukan ulang RKAB pada Oktober 2025. Selain itu, pengajuan RKAB ini yang tadinya diajukan selama tiga tahun akan diajukan setiap tahun.

RKAB tiga tahunan memberikan stabilitas dan kepastian hukum untuk investor, karena kegiatan produksi dan investasi (pembelian alat berat, kontrak ekspor, pinjaman bank) bisa direncanakan lebih matang. Dengan RKAB satu tahunan, investor hanya punya izin operasi 12 bulan ke depan, membuat rencana jangka panjang lebih berisiko dan bisa tertunda.

"Mengajukan dan menunggu persetujuan setiap tahun artinya lebih banyak waktu dan biaya untuk urusan administratif. Bila sistem digitalnya belum siap atau ada bottleneck dari pihak ESDM, bisa terjadi keterlambatan izin, yang berakibat penghentian sementara produksi," kata Imam.

Imam mengatakan, sebuah perusahaan tambang ingin membeli alat berat senilai Rp100 miliar dengan masa pakai lima tahun. Jika hanya dijamin izin operasional selama satu tahun melalui RKAB tahunan, maka perusahaan harus menanggung risiko kalau tahun depan RKAB tidak disetujui, alat berat menjadi idle dan tidak produktif.

2. Proyeksi sentimen pekan ini

ilustrasi The Fed (vecteezy.com/sasirin pamai)

Berbicara tentang potensi market pekan ini, Imam mengatakan, ada banyak data yang akan rilis, baik dari domestik maupun global yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG. 

Dari global, pasar akan menanti data suku bunga The Fed atau FFR yang akan rilis pada 31 Juli 2025 waktu Indonesia. Konsensus memproyeksi suku bunga The Fed akan tetap di rentang 4,25 persen - 4,50 persen dengan probability 95,9 persen. Sebelumnya, probability sempat berada di angka 79 persenan di akhir Juni lalu, namun karena data-data tenaga kerja AS yang solid membuat probability suku bunga ditahan meningkat.

AS juga akan merilis data PCE Juli dengan Core PCE (angka yang paling dipantau) menurut konsensus diproyeksikan akan berada di angka 0,3 persen atau naik dari 0,2 persen pada bulan Juni 2025. Proyeksi kenaikan ini tentu tidak terlepas dari data tenaga kerja AS yang solid pada Juni ini, seperti tingkat pengangguran yang turun ke 4,1 persen dibandingkan Mei 4,2 persen, Initial Jobless Claim yang konsisten turun dari awal Juni, Job Openings yang naik Mei, serta Non Farm Payrolls (jumlah tenaga kerja baru yang tercipta di luar sektor pertanian) yang naik ke 147 ribu.

Meski begitu, konsensus masih memproyeksikan manufaktur AS yang dicerminkan oleh data ISM Manufacturing PMI masih berada di level kontraksi tepatnya 49,6. 

Selain itu, di pekan ini negara lainnya seperti China dan Indonesia juga akan merilis data PMI-nya. China melalui data Caixin Manufacturing PMI memproyeksikan manufaktur China masih akan berada di level ekspansifnya tepatnya di angka 50,3. Sementara Indonesia kemungkinan masih akan berada di level kontraksinya. Indonesia juga akan merilis data inflasi untuk bulan Juli 2025, yang mana inflasi Juli diproyeksikan akan naik 2,1 persen (menurut TEForecast).

"Jika melihat secara teknikal analisis, ada potensi IHSG akan bergerak bullish karena konsisten bergerak di atas MA5, tetapi terbatas dengan rentang support di 7.400 dan resistance 7.700. Hal ini ditengarai oleh adanya kemungkinan pembelian yang telah jenuh,” ujar Imam.

"Saat ini IHSG telah menyentuh external ratio fino 1,618 yang menggambarkan bahwa kenaikan yang selama ini terjadi sudah cukup tinggi. Di pekan ini juga akan rilis laporan keuangan big banks lainnya setelah BNI yang telah rilis, jadi pasar akan cenderung wait and see,” sambung dia.

3. Rekomendasi saham pekan ini

ilustrasi saham (unsplash.com/Jason Briscoe)
ilustrasi saham (unsplash.com/Jason Briscoe)

Merespons dinamika pasar yang didorong sentimen global dan domestik di atas, IPOT merekomendasikan saham-saham untuk diperhatikan pekan ini.

1. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

Alam Sutera akan meluncurkan tiga proyek baru yang merupakan cluster baru di Alam Sutera 2, Suvarna Sutera, dan juga Sutera Nexen. ASRI juga terus mendorong penjualan stok yang diharapkan dapat meningkat lantaran kebijakan insentif PPN DTP yang diperpanjang.

Kedua hal ini juga didukung oleh adanya pemangkasan suku bunga oleh BI sebanyak 25 bps yang diharapkan dapat mendorong penjualan ASRI. Secara teknikal, dalam mayor trend, ASRI bergerak konsolidasi dan berpotensi membentuk pola Cup and Handle, tetapi pada minor movement terjadi breakout pada pola CnH dan memvalidasi potensi pembentukan handle pada mayor patternnya, serta membentuk bullish candle diikuti oleh kenaikan volume yang signifikan.

2. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

BRPT mencatatkan net pembelian tertinggi di hari Jumat kemarin, serta secara teknikal juga menarik. BRPT bergerak dalam trend naik atau uptrend dengan akselerasi yang sangat kuat, pergerakan terakhir berpotensi membentuk primary movement baru, serta membentuk bullish candle diikuti oleh lonjakan volume.

3. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) terus memperluas jangkauan bisnisnya di sektor infrastruktur digital. Melalui anak usahanya, PT Jaringan Infra Andalan (JIA), perseroan resmi mengakuisisi PT Garuda Prima Internetindo (GPI), penyedia jasa internet yang dikenal dengan nama Flynet atau Bali Internet. Secara teknikal, WIFI bergerak dalam tren naik atau uptrend dengan akselerasi harga yang kuat dan berpotensi melanjutkan trend naiknya setelah breakout bullish flag.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us