ilustrasi pekerja pabrik (pexels.com/Tiger Lily)
Meningkatnya penggunaan robot memicu kekhawatiran soal keselamatan dan lapangan kerja di Amazon. Survei Pew Research pada Maret lalu menunjukkan pekerja pabrik jadi kelompok paling terancam kehilangan pekerjaan akibat AI.
CEO Amazon, Andy Jassy, mengatakan teknologi AI generatif memang akan mengurangi kebutuhan beberapa posisi. Namun, Amazon tetap membuka perekrutan di bidang robotik dan kecerdasan buatan.
Sementara itu, lebih dari 27 ribu pekerja Amazon sudah terkena pemutusan hubungan kerja PHK selama 2022 dan 2023, dan pemutusan hubungan kerja masih berlangsung. Kini, Amazon mempekerjakan sekitar 1,56 juta orang, dengan rata-rata hanya 670 pekerja per fasilitas, terendah dalam hampir 20 tahun.
Menurut laporan Gizmodo, produktivitas meningkat tajam, dari 175 paket per pekerja pada 2015 menjadi 3.870 paket. Tapi, studi Universitas Illinois Chicago menemukan 41 persen pekerja gudang Amazon mengalami cedera, dan hampir 70 persen pernah mengambil cuti tanpa dibayar untuk pemulihan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Amerika Serikat (OSHA) juga menemukan fasilitas Amazon sering membuat pekerja terpapar kondisi berbahaya.