Anak Muda Susah Dapat Hunian yang Sesuai? Ini Solusinya
Rukita tawarkan ekosistem 'Home That Grows With You'
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Generasi muda Indonesia menghadapi sejumlah masalah dalam menemukan hunian yang layak dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut perusahaan proptech, Rukita, sebanyak 50 juta generasi muda di Indonesia kesulitan mendapatkan hunian atau rumah yang layak saat ini.
CEO dan Co-Founder Rukita, Sabrina Soewatdy, menjelaskan sejumlah persoalan yang dihadapi generasi muda berhadapan terkait ketersediaan hunian. Pertama, harga properti yang makin mahal menyebabkan mereka sulit memiliki hunian di lokasi strategis, sehingga hunian sewa menjadi salah satu solusinya.
Hal ini ditambah dengan persoalan berikutnya yakni, minimnya solusi hunian di pusat kota untuk generasi muda kelas menengah. Padahal, perjalanan ke kantor di kota-kota besar di Indonesia semakin tidak efisien dari segi biaya dan waktu yang dihabiskan.
"Untuk yang memilih hunian di pinggiran kota, harus bergelut dengan masalah transportasi, di mana 41 persen commuters di Jakarta menghabiskan 1-3 jam untuk satu kali perjalanan. Sementara, biaya dengan kendaraan pribadi tiga kali lebih mahal dari transportasi umum," ujar Sabrina dalam peluncuran 'Home That Grows With You' di Rukita Twin Park Meruya, Jakarta Barat, Rabu (1/2/2023).
Baca Juga: Mengenal Rukita App, Tempat Cari Kosan Instagenic
Baca Juga: 6 Cara Mudah Menerapkan Desain Interior Modern pada Hunian
1. Sulitnya mencari properti yang berkualitas
Dia punya menyebut persoalan lain yang dihadapi anak muda adalah terbatasnya jumlah properti yang berkualitas namun terjangkau untuk sewa jangka panjang. Berdasarkan pengalaman Rukita, sebanyak 50 persen coliving yang memutuskan bergabung di Rukita tidak menyediakan layanan dasar seperti laundry, dan layanan pembersihan.
Tak ketinggalan, bagi mereka yang mencoba solusi kepemilikan hunian, ada persoalan pengajuan KPR. "KPR semakin sulit disetujui akibat buruknya credit scoring dan minimnya
edukasi publik untuk pengajuan serta kriteria persetujuan KPR," tambahnya.
Baca Juga: Konsep Co-living Makin Digandrungi Millennial, Rukita Ungkap Alasannya