TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ekonomi RI Bisa Tumbuh hingga 5,8 Persen di 2022, Ini Tantangannya

Kemenkeu proyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,2-5,8 persen

Ilustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan memperkirakan perekonomian bisa tumbuh 5,2 sampai 5,8 persen di 2022. Proyeksi itu bisa dicapai dengan catatan pandemik COVID-19 dapat dikendalikan dan target herd immunity dapat tercapai.

"Pertumbuhan tersebut juga dapat tercapai apabila aktivitas produksi mulai normal, konsumsi masyarakat pulih dan mencapai kisaran 5 persen," kata Staf Ahli Menteri Keuangan Halim Alamsyah dalam siaran pers yang diterima, Jumat (14/1/2022).

Baca Juga: 4 Sebab Pertumbuhan Ekonomi China Bisa Cemerlang di 2022

Baca Juga: Genjot Investasi Masuk, Menteri Investasi: Izin Sudah Tidak Dipersulit

1. Tantangan yang dihadapi dunia

Ilustrasi Inflasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Halim menyebut terdapat tiga tantangan aliran investasi yang dihadapi semua negara pada 2022. Salah satunya fenomena inflasi dunia yang mengalami kenaikan karena pasokan. Kemudian, permintaan yang terdisrupsi serta krisis energi. Di samping itu ketidakpastian pasar dalam menyikapi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) dan perubahan kebijakan The Fed.

"Menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi global, ketahanan ekonomi sebuah negara benar-benar diuji. Apakah dapat tahan jika ekonomi global terguncang, tentu akan terlihat, dan Indonesia adalah negara dengan fundamental ekonomi yang baik, meski harus diakui negara kita bukan berbasis manufaktur tapi komoditas,” terang Halim.

Baca Juga: Faisal Basri Proyeksi Ekonomi 2022 Tumbuh 5 Persen

2. Strategi Indonesia untuk genjot investasi

Ilustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurutnya, Indonesia diuntungkan oleh permintaan komoditas yang tinggi, sementara sejumlah negara menghadapi krisis energi. "Hal ini terlihat dari kinerja neraca perdagangan yang surplus berikut juga Current Account Deficit (CAD) tidak terjadi, tapi justru surplus," ucapnya.

Menurutnya, pemerintah juga perlu mengimplementasikan reformasi struktural guna mendorong arus investasi masuk yang diarahkan pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi serta berorientasi ekspor. Investasi ini juga perlu diprioritaskan untuk sektor-sektor yang menciptakan banyak lapangan kerja berkualitas.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya