TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BI Tambah Likuiditas Perbankan Rp633,24 Triliun 

BI mencatat kondisi likuiditas tetap memadai

Gubernur BI Perry Warjiyo (IDN Times/Auriga Agustina)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, quantitative easing (QE) sebesar Rp633,24 triliun ke sektor perbankan untuk menambah likuiditas di pasar keuangan.

“Hingga 14 Juli 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp633,24 triliun, termasuk penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp462,4 triliun,” kata Perry, Kamis (16/7/2020).

Baca Juga: Sah! BI Kembali Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 4 Persen 

1. Longgarnya likuiditas perbankan tercermin dari suku bunga pasar uang

Gubernur BI Perry Warjiyo (Tangkapan Layar Youtube BI)

Dia menuturkan, longgarnya likuiditas perbankan juga tercermin dari suku bunga pasar uang (PUAB) yang rendah, yakni di level 4 persen per Juni 2020. Selain itu, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) di perbankan, juga cukup tinggi yakni mencapai 24,33 persen pada Mei 2020.

Likuiditas yang memadai serta penurunan suku bunga kebijakan atau Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) juga berkontribusi pada turunnya suku bunga perbankan, baik kredit maupun deposito.

"Sejalan dengan penurunan suku bunga PUAB, retata tertimbang suku bunga deposito dan kredit modal kerja (KMK) pada Juni 2020, turun dari 5,85 persen dan 9,60 persen pada Mei 2020 menjadi 5,74 persen dan 9,48 persen," ucapnya.

2. M1 dan M2 juga mengalami peningkatan

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kondisi Ekonomi terkini (Tangkapan Layar Bank Indonesia)

Sementara itu, pertumbuhan besaran moneter dalam arti sempit (M1) maupun dalam arti luas (M2) pada Mei 2020 juga meningkat, yaitu menjadi 9,7 persen secara year on year (yoy) untuk M1 dan 10,4 persen (yoy) untuk M2.

Menurutnya, untuk ekspansi moneter Bank Indonesia yang sementara ini masih tertahan di perbankan, diharapkan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan percepatan realisasi anggaran, dan program restrukturisasi kredit perbankan.

  1. “Sinergi lebih kuat antara BI, pemerintah, dan otoritas terkait dan dunia usaha,” jelasnya.

Baca Juga: Rupiah Melemah Lagi, Bank-bank Jual Dolar AS Mendekati Rp17.000

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya