TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sunarso: Pertumbuhan Kredit Dipengaruhi Konsumsi dan Daya Beli Masyarakat

Pemerintah tepat mengeluarkan berbagai stimulus langsung

Ketua Himbara Sunarso pada acara Ngobrol Bareng Pemred dan Himbara di Jakarta, Rabu (6/1/2021). (Dok. BRI)

Jakarta, IDN Times – Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang juga merupakan Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, penurunan suku bunga bukan merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan kredit. Sunarso pun mengungkapkan bahwa permintaan kredit dapat terkerek apabila konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat meningkat. 

“Dengan menggunakan analisis model ekonometrika secara umum, terbukti bahwa pertumbuhan kredit dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Oleh karenanya, sudah sangat tepat dalam kondisi pandemik ini pemerintah mengeluarkan berbagai stimulus langsung kepada masyarakat,” ujarnya pada acara Ngobrol Bareng Pemred dan Himbara di Jakarta, Rabu (6/1/2021).

Baca Juga: Himbara Siapkan BUMN Finance Institute bagi Talenta Perbankan

1. Turunnya suku bunga tidak selalu bisa mengatrol pertumbuhan kredit

Dok. BRI

Sunarso juga memaparkan penurunan suku bunga acuan BI telah diikuti penurunan suku bunga pinjaman, tetapi penurunan suku bunga pinjaman tidak diikuti kenaikan pertumbuhan pinjaman. Ia juga menambahkan bahwa Himbara mesti bijaksana untuk melihat cara meningkatkan pertumbuhan kredit karena turunnya suku bunga tidak selalu bisa mengatrol pertumbuhan kredit. 

“Tren penurunan pertumbuhan pinjaman--termasuk Himbara--sejak 2012 terjadi pada saat suku bunga perbankan cenderung turun. Penurunan suku bunga KUR juga tidak mendorong peningkatan agregat pinjaman perbankan. Pada tahun 2015 dan 2016, pada saat suku bunga KUR menurun signifikan, loan growth justru menurun sampai di bawah 10 persen. Jadi, kunci demand kredit ada di konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” papar Sunarso.

2. Himbara perlu melakukan diversifikasi jenis pendanaan

Dok. BRI

Pada kesempatan yang sama Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyebut biaya dana (cost of fund-cof) Himbara saat ini belum bisa rendah karena portofolio pendanaan bank-bank milik negara masih memiliki porsi dana mahal yang relatif besar. Ke depannya, perlu ada diversifikasi jenis pendanaan yang dilakukan Himbara, khususnya jenis simpanan dana murah untuk menekan tingkat biaya dana. 

“Kalau dilihat, rasio CASA (dana murah) di salah satu bank swasta nasional sudah di atas 70 persen, sementara di kami mungkin kisaran 65 persen sampai mendekati 70 persen. Ke depan, kita harus melihat bagaimana Himbara menumbuhkan CASA rasionya,” ujar Darmawan.

3. Pertumbuhan kredit perbankan diprediksi di kisaran 5 persen dalam kurun waktu 6 bulan

Ilustrasi kredit (IDN Times/Arief Rahmat)

Berkaca dengan kondisi yang ada, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memprediksi pertumbuhan kredit industri perbankan di Indonesia dalam kurun 6 bulan ke depan kemungkinan akan ada di kisaran maksimal 5 persen.

“Saya yakin perbankan sekarang melihatnya lebih banyak ke (proyeksi) jangka pendek, belum melihat setahun penuh. Dalam 6 bulan ke depan saya yakin ini (pertumbuhan kredit) semua rata-rata tertinggi 5 persen. Industri saat ini dalam proses recovery sehingga masih membutuhkan waktu. Nanti kalau ekonomi membaik dan daya beli menengah atas pulih pasti kami akan genjot (untuk mencapai pertumbuhan) double digit. Namun, sekarang semua pasti akan terlihat lebih pendek, periode 3-6 bulan,” ujar Royke.

Sementara itu, Plt Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan bahwa BTN terus berinovasi meningkatkan CASA. 

“Karena kami kreditnya panjang. Tenor KPR bahkan ada yang 25 tahun dan average maturity-nya rata-rata di atas 10 tahun. Masalahnya, dananya kalau mengandalkan DPK relatif pendek-pendek. Kemudian dalam isu CASA, benar bahwa deposito kami masih paling banyak. Belakangan kami mulai masuk ke arah perbaikan strategi CASA dan transaksi,” tambah Nixon.

4. Hmbara ambil peran dalam pemberdayaan UMKM

Ilustrasi UMKM (Dok. BRI)

Saat ini, Himbara telah mendominasi market share bank umum nasional baik dari segi aset, pinjaman, dan simpanan. Tercatat market share Himbara untuk aset sebesar 41,59 persen, pinjaman 43,54 persen, dan simpanan 43,46 persen. Peran Himbara dalam agenda pembangunan nasional tidak hanya terbatas pada penyaluran kredit semata. 

Himbara juga mengambil peran dalam kaitannya pemberdayaan UMKM dan juga penyaluran bantuan sosial yang digulirkan oleh Pemerintah. Menjalankan peran sebagai agent of development, Himbara sebagai entitas bisnis tidak hanya bertugas menciptakan ‘economic value’, tetapi juga ‘social value’ kepada seluruh stakeholders.

Baca Juga: Erick Thohir: Himbara Sudah Restrukturisasi Kredit Rp299 Triliun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya