TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Si Kecil Pemulih Ekonomi Nasional, Ini 5 Fakta Penting UMKM

Seburuk apapun krisisnya, paling tahan banting!

ilustrasi seseorang mengenalkan produk pakaian (Pexels.com/LizaSummer)

Dari namanya, UMKM memang memiliki kepanjangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Nmun jangan berpikir kecil dan simpel, malahan UMKM-lah butir emas yang memiliki kontribusi yang sangat besar dan krusial bagi perekonomian kita secara makro.

Sebenarnya, apa itu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)? Perlu kamu ketahui bahwa UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Apa saja jenisnya? Mulai dari yang mudah ditemukan seperti toko kelontong, tukang potong ayam, gerabah, sablon kaos hingga bisnis jajanan tradisional yang tentunya sudah umum diketahui.

Sebagian besar masyarakat kita, masyarakat Indonesia tentunya erat kehidupannya dengan kegiatan yang dilakukan oleh UMKM. Mulai dari pagi hari hendak memasak, ada warung untuk kebutuhan sehari-hari hingga siang kita mencari minuman dingin, sampai di sore hari kita berkumpul bersama keluarga di warung makan. Hingga kita memesan baju sablon dari marketplace yang terhubung dengan UMKM yang sudah go online.

Pandemi telah berhasil mengubah posisi UMKM yang dulunya bisa kuat kini harus berjuang ekstra untuk tetap bertahan. Pembatasan sosial dan kebijakan untuk meminimalisir Covid membuat UMKM semakin rentan. Makanya, pemerintah lewat Progam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadikan UMKM sebagai salah satu prioritas.

Namun sebelumnya, kita bahas dulu fakta unik mengapa UMKM jadi kekuatan utama dan jadi fokus progam PEN.

1. UMKM berperan besar dalam pemulihan ekonomi saat krisis 1998

potret situasi krisis tahun 1998 (historia.id)

Siapapun yang hidup di masa krisis moneter terjadi pasti merasakan beratnya terkena krisis. Ekonomi kacau, mata uang rupiah anjlok hingga tutup, dan bangkrutnya para pelaku usaha. Namun, satu yang menarik adalah UMKM jadi "anak emas" dalam aksi penyelamatan ekonomi Indonesia.

Kajian dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Bank Indonesia, yang mengutip data Badan Pusat Statistik, mengungkapkan bahwa jumlah pelaku UMKM pasca krisis ekonomi besar di tahun 1997-1998 justru mengalami peningkatan hingga mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012.

Ada sebuah pertanyaan, mengapa pelaku UMKM bisa bertahan dengan tegar? Pelaku UMKM itu relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar karena mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam mata uang asing.

 

Baca Juga: 6 Langkah Mudah Menjadi UMKM Go Online, Bantu Pulihkan Ekonomi

2. 99,99 persen pelaku usaha di Indonesia bergerak di sektor UMKM

ilustrasi toko produk UMKM (Pexels.com/QuangNguyenVinh)

Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Keci, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99 persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Angka ini memberikan kontribusi dalam daya serap tenaga kerja mencapai 117 juta pekerja atau setara dengan 97 persen dari daya serap tenaga kerja dunia usaha.

Soal kontribusi, UMKM memberikan 61.1 persen untuk perekonomian nasional. Lainnnya di berikan oleh usaha besar yang notabenenya dimiliki oleh 0.01 persen dari pelaku usaha Indonesia alias bisnis konglomerat.

Dari data ini, bisa dapat gambaran bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar dan kuat karena dukungan UMKM yang jumlahnya banyak dengan daya serap tenaga kerja yang juga besar.

Kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 7.034,1 triliun pada 2019, naik 22,9 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5.721,1 triliun. Tahun 2020, menjadi yang terendah sejak 2010.

Namun kondisi pandemi ini membuat sektor perekonomian UMKM menjadi lebih lemah dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari geliat ekonomi yang mulai pulih seiring pelonggaran PPKM.

 

3. Pandemi memberikan 9 dari 10 sektor ekonomi UMKM melemah

ilustrasi makanan jalanan (Pexels.com/Lifotos)

Sama seperti krisis tahun 1998, UMKM juga tidak bisa mengelak dari krisis. Sama dengan sekarang, UMKM juga mengalami hal yang sama. Terbukti dari hasil survei yang dilakukan oleh Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Universitas Indonesia (UI) pada jangka waktu Juli-Agustus 2020, sembilan dari 10 sektor UMKM merasakan tingkat permintaan yang lebih rendah terhadap produk, pasokan bahan baku yang berimbas pada pendapatan.

 

4. Sudah 8 juta lebih pelaku UMKM yang Go Online

ilustrasi metode QR code untuk memudahkan transaksi (Pexels.com/RODNAEProductions)

Karena pembatasan demi memutuskan rantai penyebaran Covid, maka cara wajib UMKM untuk bisa bertahan adalah dengan go online. Dengan meningkatnya toko fisik yang tutup, ini menjadi kesempatan besar yang menjadi kekuatan para UMKM Indonesia setelah masa pandemi Covid-19 memasuki normal baru.

Transformasi digital menjadi salah satu cara UMKM Indonesia bangkit dari pandemi Covid-19. Mulai dari peran pemerintah seperti yang dilakukan oleh Kominfo dengan gerakan UMKM Go Online yang dari tahun 2016 kini menghadirkan delapan juta lebih pelaku UMKM memilih go online. Juga dukungan marketplace ternama hingga masyarakat yang paham akan teknologi adalah sinergi kuat membantu pelaku UMKM yang lebih maju.

 

Baca Juga: 5 Cara Millennial Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia, Apa Saja?  

Verified Writer

Basri W Pakpahan

Menulis untuk Memperbaiki Diri

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya