TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BBM Naik 50 Persen, Warga Bangladesh Lakukan Demo dan Duduki SPBU

Naiknya harga BBM picu kericuhan di Bangladesh

Sejumlah wanita mengantre untuk menerima bantuan bahan pokok diberikan oleh komunitas setempat saat wabah COVID-19 di Dhaka, Bangladesh, pada 1 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

Jakarta, IDN Times - Aksi demonstrasi pecah di sejumlah wilayah Bangladesh karena pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM baik bensin maupun solar hingga lebih dari 50 persen. Aksi unjuk rasa yang digelar warga Bangladesh di sejumlah SPBU bertujuan agar kenaikan BBM segera dibatalkan.

Kenaikan tersebut diumumkan di bawah pemerintah Sheikh Hasina pada Jumat pekan lalu. Tarif solar naik 34 Taka per liter, oktan 46 Taka per liter, dan bensin 44 Taka per liter. Beberapa media Bangladesh menyatakan bahwa kenaikan harga BBM yang mencapai 51,7 persen ini adalah yang tertinggi sejak negara itu merdeka.

Baca Juga: Bangladesh Minta Bantuan China terkait Permasalahan Pengungsi Rohingya

Baca Juga: Kuota BBM Subsidi Menipis, Terancam Jebol Jika Tak Diatur

1. Naiknya harga BBM picu kerusuhan dan antrean kendaraan bermotor di SPBU

Twitter

Kenaikan harga BBM di Bangladesh membuat antrean panjang di sejumlah SPBU. Warga mengantre untuk mendapatkan BBM yang suplainya kian menipis. Sejumlah mahasiswa juga ikuti dalam pawai protes terhadap keputusan pemerintah. Di antara mereka adalah serikat mahasiswa yang mengadakan protes di depan Museum Nasional di ibu kota Dhaka.

"Rakyat biasa sudah dalam kesulitan untuk mengatasi kenaikan biaya hidup. Penjarahan pemerintah atas properti publik dan salah urus membuat orang mengalami penderitaan ini," salah satu pengunjuk rasa seperti dikutip oleh Dhaka Tribune, pada Senin (8/8/2022).

Baca Juga: Sukses Digunakan di Ukraina, Drone Turki Bakal Dibeli Bangladesh

2. Perusahaan minyak Bangladesh rugi besar

Ilustrasi Penurunan Harga Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, pemerintah menyatakan kenaikan harga bahan bakar tidak dapat dihindari mengingat kondisi pasar global yang semakin tidak menentu. Kementerian Energi Bangladesh mengatakan dalam sebuah pernyataan, Bangladesh Petroleum Corporation (BPC) yang dikelola negara telah mengalami kerugian lebih dari 8 miliar taka atau setara dengan 85 juta dolar AS pada penjualan minyak hingga juli 2022.

"Harga baru (BBM) sepertinya tidak bisa ditoleransi oleh semua warga. Tapi, kami tidak punya pilihan lain. Masyarakat harus bersabar," kata Menteri Negara Tenaga, Energi, dan Sumber Daya Mineral Nasrul Hamid.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya