TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Genjot Penurunan Efek Rumah Kaca, RI Beralih ke Standar Emisi Euro 4

Pemerintah yakin penurunan karbon di 2030 sebesar 29 persen

Ilustrasi Pemanasan Global. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia menargetkan pada 2030 penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen secara mandiri. Capaian tersebut bisa melonjak sebanyak 41 persen jika mendapat dorongan pihak internasional.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengatakan salah satu upaya strategis yang telah dijalankan di Indonesia dalam merealisasikan penurunan emisi gas rumah kaca adalah penerapan standar emisi Euro 4 untuk diesel sejak April 2022.

“Penerapan ini dilakukan pemerintah sebagai bentuk kesiapan industri otomotif untuk menghasilkan produk yang dapat memberikan kontribusi pada pengurangan emisi serta lebih ramah lingkungan,” kata Taufiek, Selasa (7/6/2022).

Baca Juga: Strategi Pertamina Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Sebelum 2030

Baca Juga: KLHK Gandeng USAID, Bikin 5 Strategi Tekan Emisi Karbon

1. Tingginya standar euro berdampak terhadap kandungan gas karbon dioksida

Google.com

Dikatakan Taufiek, semakin tinggi standar Euro yang ditetapkan, semakin kecil batas kandungan gas karbon dioksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, volatil hidrokarbon, dan partikel lain yang dapat berdampak negatif pada manusia dan lingkungan.

“Guna mendukung tujuan tersebut, misalnya dari sisi penyediaan bahan bakar, pemerintah telah mengimplementasikan standar dan mutu (spesifikasi) BBM jenis solar 51 dengan kandungan sulfur 50 ppm (setara euro 4) dengan nama dagang Pertamina Dex,” katanya.

Baca Juga: Mitsubishi Luncurkan Pajero Sport Bermesin Euro 4   

2. Peralihan euro dorong pertumbuhan ekonomi

ilustrasi anggaran ekonomi (IDN Times)

Kemenperin optimis peralihan Euro 2 menjadi Euro 4 dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta memberikan berbagai keuntungan, di antaranya dapat menurunkan beban emisi dan polusi udara, meningkatkan performa kendaraan menjadi lebih baik dengan meningkatnya kualitas mesin dan bahan bakar, serta meningkatkan peluang ekspor bagi industri otomotif nasional.

"Industri otomotif merupakan kontributor utama terhadap PDB industri alat angkutan. Pada triwulan I tahun 2022, kinerja industri alat angkutan mengalami pertumbuhan paling tinggi, dengan capaian sebesar 14,2 persen year on year," ucapnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya