TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

INDEF: Harga Komoditas Melonjak karena Mahalnya BBM Dunia

Sejumlah negara tahan arus ekspor

IDN Times/Indiana Malia

Jakarta, IDN Times - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan peningkatan harga sejumlah komoditas global disebabkan oleh naiknya harga BBM dunia. Serta, ditahannya arus ekspor oleh sejumlah negara. 

"Harga energi meningkat akhirnya mempengaruhi harga sejumlah komoditas secara umum ya. Akhirnya, menjadi problem nih. Secara global kenaikan harga BBM berpengaruh ya karena logistik terutama produk impor dari luar meningkat tajam," Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad, Rabu (8/6/2022).

Baca Juga: Banyak Investor Kabur di Negara Konflik, INDEF: Ini Peluang Besar RI 

1. Sejumlah negara cenderung amankan stok

Ilustrasi ekspor (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Taufik menambahkan, sejumlah negara kini mempunyai permintaan yang cukup tinggi terkait dengan kebutuhan akan sejumlah komoditas. Alhasil, sejumlah negara cenderung mengamankan stok bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri mereka masing-masing. Terlebih, konflik Ukraina dan Rusia juga membuat harga komoditas global semakin melonjak.

"Banyak negara kini request stok ya karena tahu bahwa di tingkat dunia logistik menjadi isu yang fundamental. Banyak negara juga menahan ekspor. Akhirnya, faktor-faktor tersebut membuat harga komoditas global meningkat tajam. Seperti India nahan ekspor gandum, Malaysia soal ayam. Otomatis harga pangan melonjak naik ya," katanya.

Baca Juga: Prediksi Indef Kalau Suku Bunga BI Terus Tertahan, Seperti Apa?

2. Harga komoditas pengaruhi tingkat inflasi global

Ilustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

Meningkatnya harga komoditas akhirnya membuat tingkat inflasi global tidak tertahankan. Di dalam negeri, tingkat inflasi inflasi tahun kalender dari awal tahun hingga Mei 2022 tercatat 2,56 persen year to date (ytd) diprediksikan bisa terus bertumbuh.

"Inflasi year to date ini belum sampai Juni aja sudah hampir menyentuh angka 3 persen ya. Kalau kenaikan rata-rata katakanlah 0,3 dikalikan enam bulan sekitar 1,8 ya nanti bisa di atas 4 persen dong. Bahkan, bisa mencapai 5 persen. Apalagi rata-rata bulanannya mencapai 0,4 jelas nanti lebih tinggi ya. Ini yang dikhawatirkan," ucapnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya