Banyak Investor Kabur di Negara Konflik, INDEF: Ini Peluang Besar RI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tak sedikit investor kabur dari negara-negara yang tengah berkonflik, hal ini dianggap harus dimanfaatkan sebagai peluang oleh Indonesia. Terlebih, Indonesia menyatakan diri sebagai negara non blok.
"Peluang terbesar dari krisis global ini kan sebenarnya ada di sektor investasi ya. Tidak sedikit investor lari ya dari negara-negara lain seperti dua negara yang sedang berkonflik (Rusia dan Ukraina) atau negara lainnya. Kita kan mengambil posisi non blok ya tidak memihak dari dua kubu ini," kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad pada Selasa (24/5/2022).
Baca Juga: Mandiri Institute: Kenaikan Suku Bunga Pada Semester Kedua 2022
1. Indonesia sediakan kebutuhan investor
Tidak hanya menarik investor, Indonesia perlu menyesuaikan kebutuhan investor yang berasal dari negara-negara yang sedang berkonflik dengan potensi khususnya dari sektor industri yang dimiliki oleh Indonesia.
"Dari aspek lainnya seperti komoditas ini kan sedang naik ya. Buka eskpor batu bara, CPO, dan sebagainya. Kepentingan domestik atau DMO (domestic market obligation) tidak boleh banyak keluar juga ya," katanya.
2. Krisis hasilkan kenaikan harga komoditas
Editor’s picks
Peluang krisis juga digaungkan oleh Mandiri Institute. Head of Mandiri Institute, Teguh Yudo Wicaksono, mengatakan Indonesia harus melihat sisi lain dari adanya konflik. Sejumlah kesempatan bisa diambil oleh Indonesia seperti tingginya harga minyak dunia dan harga batu bara yang terus meroket.
"Di satu sisi, konflik menciptakan ketidakpastian. Di sisi lain, sebetulnya nilai komoditas tanah air langsung naik tinggi," ucapnya.
Baca Juga: Mandiri Institute: Ekonomi Indonesia 2022 Diprediksi Tetap Solid!
3. Harga minyak hingga batu bara meroket
Berdasarkan catatannya, harga minyak yang sudah menembus angka angka 128 dolar AS per barel dan harga CPO yang juga tumbuh sekitar 28 persen bisa menjadi faktor Indonesai dalam mengambil peluang investasi.
"Batu bara juga tumbuh sekitar 124 persen. Krisis energi di Eropa tentu saja drive up batu bara ya. Jadi, penerimaan dolar ke kita cukup besar ya. Kita melihat akan mix ya impact-nya kalaupun Fed rate dinaikkan," ucap Yudo.