TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menlu Rusia Tuding Negara Barat Jadi Biang Kerok Krisis Pangan Global

Krisis pangan global disebabkan sanksi negara barat ke Rusia

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di G20 FMM. (dok. Kemlu RI)

Jakarta, IDN Times - Rusia menolak dengan tegas tudingan yang menyatakan jika krisis pangan global yang terjadi disebabkan oleh negara Beruang Merah. Negara-negara barat justru dinilai oleh Rusia menjadi biang kerok terjadinya krisis global karena sanksi yang diterapkan kepada negara di bawah kepemimpinan Vladimir Putin ini.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan negara-negara barat kini tengah menjalankan misi untuk memaksakan dominasi mereka terhadap negara lain, termasuk Rusia.

Baca Juga: Putri Vladimir Putin Ditunjuk untuk Tangani Barang Subtitusi Impor

Baca Juga: Putin Curhat ke Jokowi soal Sanksi Barat

1. Menlu Rusia nilai sanksi barat jadi biang kerok krisis pangan global

ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Lavrov mengatakan, agresivitas negara-negara Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia menunjukkan satu kesimpulan sederhana. Sanksi bukan tentang invasi ke Ukraina. Sanksi sendiri lebih ke persoalan masa depan tatanan dunia.

"Mereka (negara-negara barat) menyatakan setiap orang harus mendukung tatanan dunia berbasis aturan, dan aturan itu ditulis tergantung pada situasi spesifik apa yang ingin diselesaikan Barat demi kepentingannya sendiri," kata Lavrov saat mengunjungi Mesir dikutip dari BBC pada Senin (25/7/2022).

Baca Juga: Jokowi: Putin Setuju Buka Jalur Ekspor Gandum Ukraina

2. Negara di Afrika dan Arab kekurangan gandum

Ilustrasi gandum (freepik.com/onlyyouqj)

Dalam pidatonya kepada duta besar Liga Arab di Kairo, Mesir, beberapa waktu lalu, Lavrov mengatakan negara-negara Barat memutarbalikkan kebenaran tentang dampak sanksi terhadap ketahanan pangan global.

Imbas pengetatan ekspor komoditas baik dari Rusia maupun Ukraina, sebagian besar negara di Arab dan Afrika sangat terpengaruh oleh kekurangan gandum yang disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya