TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak COVID-19 di Dunia Telan Biaya Rp170 Kuadriliun

Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan minus 4,9 persen

Ilustrasi pertumbuhan PAD (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 menyebabkan krisis ekonomi yang tidak sama dengan krisis lain. Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund/IMF) mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan minus 4,9 persen di 2020. Virus ini diperkirakan bakal menghabiskan dana hingga US$12 triliun atau Rp170,3 kuadriliun (kurs Rp14.100) hingga tahun depan.

Gejolak ekonomi dunia membuat bisnis di seluruh dunia ikut terkulai. Bahkan hal itu berdampak pada hilangnya ratusan juta pekerjaan. Perekonomian di Eropa bahkan mengalami pelemahan bahkan hingga dua digit sejak terakhir kali mengalami tekanan seabad lalu.

"Kontraksi dalam ekonomi global akan jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan pemulihannya "tidak pasti,","kata IMF seperti dikutip dari BangkokPost.com, Kamis (25/6).

Baca Juga: Jokowi: Indonesia Berjuang agar Tidak Masuk Jurang Resesi

1. Pemulihan ekonomi di 2021 juga akan menambah

(Ilustrasi pertumbuhan ekonomi) IDN Times/Arief Rahmat

IMF juga memproyeksikan pemulihan ekonomi di 2021 akan berjalan lambat. Pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan hanya tumbuh 5,4 persen secara global, lebih kecil dibanding proyeksi pada April lalu.

IMF menyebutkan bahwa kebijakan lockdown dan pshycal distancing berpengaruh besar terhadap pergerakan investasi dan konsumsi masyarakat.

“Kami jelas belum keluar dari bahaya. Kami belum lolos dari penguncian besar (lockdown),” kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath. "Mengingat ketidakpastian yang luar biasa ini, para pembuat kebijakan harus tetap waspada," tambahnya.

2. Ingatkan pemerintah agar tidak buru-buru menarik stimulus

Ilustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Gopinath pun mengingatkan kepada seluruh pemerintah di dunia agar tidak buru-buru menarik stimulus yang telah mereka berikan. Pasalnya, krisis akibat pandemik COVID-19 masih belum bisa diprediksi kapan akan berakhir.

"Sangat penting untuk tidak mundur dengan sangat cepat, tetapi melakukannya hanya secara bertahap, karena krisis ini belum berakhir," kata Gopinath.

Baca Juga: Jokowi: Situasi Ekonomi Akibat COVID-19 Lebih Berat dari Krisis 1930

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya