Dicabut AS dari Negara Berkembang, Ekspor Indonesia Terancam Turun
Indonesia berupaya agar tidak kehilangan GSP
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada persoalan peningkatan perdagangan. Sebab, Amerika Serikat melalui United State Trade Representative (USTR) mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Keputusan itu tentu tidak menguntungkan. Sebab, Indonesia terancam kehilangan fasilitas Generalize System of Preference (GSP). Kehilangan itu tentu akan membuat kontribusi ekspor menurun. Saat ini perdagangan Indonesia terhadap AS surplus US$1,01 miliar pada Januari 2020. Angka ini melesat dibandingkan Januari 2019 yang tercatat surplus US$804 juta.
Hal itu disampaikan oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus dalam konferensi pers "Salah Kaprah Status Negara Maju" di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (27/2).
Baca Juga: Pemerintah: Perubahan Status Jadi Negara Maju Tidak Rugikan Indonesia
1. Komoditas ekspor unggulan akan tergerus karena pencabutan dari negara berkembang
Beberapa komoditas ekspor unggulan akan tergerus lantaran ekspor Indonesia akan terkena tarif tinggi. Menurutnya, produk tekstil berpotensi turun 1,56 persen, alas kaki turun 2,2 persen, karet 1,1 persen, CPO turun 1,4 persen, produk mineral dan pertambangan akan turun 0,3 persen dan komponen listrik akan turun 1,2 persen.
"Kalau kita dikenakan bea masuk anti subsidi maka jelas turun ekspor kita ke AS karena barang di sana akan mahal, investor domestik sana tentu akan mencari suplier yang bisa menyediakan cost produksi yang kompetitif dari negara lain," kata Heri.
Baca Juga: Dicoret AS di Daftar Negara Berkembang, Benarkah RI Sudah Negara Maju?