TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-fakta Naiknya Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

Naiknya angka kemiskinan tidak mengejutkan

Ilustrasi kemiskinan (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka kemiskinan di Indonesia, September 2020. Tidak banyak kejutan dari kenaikan kemiskinan tersebut.

Pasalnya, naiknya angka kemiskinan sudah diprediksi banyak pihak. Penyebabnya? jelas pandemik COVID-19. Wabah tersebut membuat kegiatan ekonomi menjadi lumpuh.

Kondisi tersebut berimbas pada banyaknya perusahaan yang merugi hingga gulung tikar. Mereka terpaksa harus melakukan pengurangan karyawan demi efisiensi dan tetap eksis menjalankan bisnisnya.

Banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan hingga berkurangnya pendapatan membuat mereka terjerembab di jurang kemiskinan.

Berikut fakta-fakta meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Baca Juga: Batas Miskin Jakarta Rp3,9 Juta per Bulan, Apa itu Garis Kemiskinan?

1. Penduduk miskin di Indonesia naik 2,76 juta orang menjadi 27,55 juta orang

(Ilustrasi keadaan warga miskin di Indonesia) ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia di September 2020 naik menjadi 27,55 juta orang atau setara 10,19 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Persentase penduduk miskin dari 9,22 persen menjadi 10,19 persen, ada kenaikan 0,97 persen yang setara 2,76 juta orang," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (15/2/2021).

BPS juga mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2020 mengalami kenaikan 1,13 juta orang dibanding Maret 2020.

Garis Kemiskinan pada September 2020 tercatat sebesar Rp458.947,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp339.004,- (73,87 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp119.943 (26,13 persen).

 

Baca Juga: Gegara COVID-19, Penduduk Miskin RI Naik Jadi 27,55 Juta Orang di 2020

Kendati terjadi kenaikan, Suhariyanto menyebut bahwa kenaikan tersebut jauh di luar banyak prediksi lembaga/instansi internasional. Bank Dunia misalnya, mereka memperkirakan jumlah penduduk miskin Indonesia bakal naik hingga 11,6 persen bila tidak didukung oleh program bantuan sosial (bansos).

"Dan hasil BPS, meski terjadi kenaikan, kenaikannya pada september 2020 hanya 0,97 persen. Ini menunjukkan berbagai program bansos yang dirancang pemerintah sangat membantu terutama untuk lapisan bawah," ucap Suhariyanto.

2. Kenaikan angka kemiskinan Indonesia di luar banyak prediksi

Ilustrasi kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: Riset: Orang Kaya Bisa Hidup Lebih Lama daripada Miskin?

3. COVID-19 bikin orang miskin di perkotaan bertambah

ANTARA/Muhammad Adimaja

Secara rinci, BPS mencatat pada periode Maret 2020 - September 2020, BPS mencatat terjadi kenakan penduduk miskin di perkotaan sebesar 876,5 ribu orang. Sementara di perdesaan terjadi kenaikan sebesar 249,1 ribu orang.

"Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 7,38 persen menjadi 7,88 persen. Sementara itu di perdesaan naik dari 12,82 persen menjadi 13,20 persen," ujar pria yang akrab disapa Kecuk ini.

Bila dibanding pada periode 2019, jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami kenaikan signifikan. BPS mencatat jumlah penduduk miskin di perkotaan pada September 2019 sebesar 9,86 juta orang dan meningkat menjadi 12,04 juta orang di 2020.

Sementara di perdesaan kenaikannya tidak terlalu besar. Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada September 2019 sebesar 14,93 juta orang dan naik menjadi 15,51 juta orang di September 2020.

Kendati kenaikannya tidak lebih besar dari perkotaan, namun jumlah penduduk miskin di perdesaan mencatat angka yang lebih tinggi. "Kalau kita lihat komposisi penduduk miskin di desa masih lebih tinggi dibanding kota dan tentunya perlu mendapat perhatian ekstra," terangnya.

 

4. Beras dan rokok jadi penyumbang garis kemiskinan di Indonesia

Ilustrasi Rokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Beras dan rokok menjadi komoditas yang memberi sumbangan besar terhadap kenaikan garis kemiskinan di Indonesia pada September 2020.

Garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Pada kelompok makanan, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas beras memberi kontribusi sebesar 16,58 persen di perkotaan dan 21,89 persen di perdesaan. Sementara rokok kretek filter berkontribusi sebesar 13,50 persen di perkotaan dan 11,85 persen di perdesaan.

Di bawah komoditas tersebut, ada telur ayam ras dan daging ayam ras yang kontribusinya tidak sampai 4 persen.

"Dengan melihat angka ini kita harus melihat perhatian ekstra supaya komoditas pangan seperti beras dan sebagainya tidak mengalami fluktuasi (harga)," tuturnya.

Sementara itu, pada kelompok bukan makanan, perumahan memberi kontribus sebesar 8,32 persen di perkotaan dan 7,72 persen di perdesaan. Setelah itu, ada bensin yang kontribusinya 3,84 persen (perkotaan) dan 2,98 persen (perdesaan). Di bawah dua komditas tersebut, ada listrik yang kontribusinya 2,85 persen (perkotaan) dan 1,74 persen (perdesaan).

 

Baca Juga: Jumlah Pengangguran di Indonesia Naik Jadi 9,77 Juta Orang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya