TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gegara COVID-19, Pendapatan KAI Anjlok Hingga Rp24,2 Miliar per Hari

Pendapatan dari penumpang berkurang signifikan

Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo/istimewa

Jakarta, IDN Times - Wabah virus corona (COVID-19) berimbas cukup dalam pada pendapatan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Penerimaan KAI dalam satu hari tercatat hanya sebesar Rp800 juta. Angka itu turun Rp24,2 miliar dibanding pendapatan normal harian.

Adapun selama Januari 2020 total pendapatan KAI dari penumpang tercatat sebesar Rp39 miliar dan pada April 2020 sebesar Rp32 miliar.

“Untuk pendapatan dari penumpang itu rata-rata harian Rp20-25 miliar dalam satu hari. Dalam masa COVID-19 ini, pendapatan harian hanya sekitar Rp800 jutaan,” kata Direktur Utama KAI Didiek Hartanto seperti dikutip Antara, Sabtu (23/5).

1. Merosotnya pendapatan KAI imbas dari pembatasan penumpang

Bupati Bogor Ade Yasin (kanan) memantau operasional perjalanan KRL Commuter Line di Stasiun Bojonggede, Jawa Barat, Senin (20/4/2020). ANTARA/Yulius Satria Wijaya

Didiek menjelaskan, merosotnya penerimaan perseroan lantaran dipicu oleh pembatasan kapasitas penumpang kereta baik jarak jauh maupun Kereta Rel Listrik (KRL).

Dalam ketentuan pembatasan penumpang, kereta api jarak jauh hanya diperbolehkan mengangkut maksimal 50 persen dan KRL 35 persen dari total kapasitas.

Aturan pembatasan ini tertuang Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2020 tentang tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19 serta Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 4 tentang Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.

2. Skenario terburuk apabila COVID-19 berlangsung hingga Desember 2020

Ilustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

Pandemik COVID-19 sampai saat ini belum diketahui pasti kapan akan berakhir. Oleh karena itu, KAI telah menyiapkan skenario terburuk asumsi kinerja perseroan apabila COVID-19 bertahan hingga Agustus 2020 dan Desember 2020.

“Terjadi gap terhadap cash biaya turun tidak secara proporsional karena terjadi operational cash flow defisiensi yang terjadi mulai bulan Maret. Kami menyiapkan dana-dana kepada perbankan dalam modal yang cukup. Tapi secara likuiditas masih aman, terjaga dengan baik,” katanya.

Baca Juga: Jokowi Minta Evaluasi Perbandingan Daerah Non-PSBB dan PSBB

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya