TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

95 Persen Warga Indonesia Gak Punya Aset Lancar dengan Jumlah Ideal

Gara-gara gak pandai menabung?

ilustrasi uang Rupiah (IDN Times/Shemi)

Jakarta, IDN Times - Data yang dihimpun program konsultasi keuangan Lifepal menyebut sebesar 95,66 persen masyarakat Indonesia dinyatakan tidak memiliki aset lancar dalam jumlah ideal. Menurut financial educator dan periset Lifepal, Aulia Akbar, aset lancar adalah aset yang siap digunakan atau dicairkan jika pemiliknya membutuhkan.

Beberapa aset yang masuk dalam kategori aset lancar adalah, kas dalam bentuk Rupiah atau mata uang lain, tabungan di rekening bank, simpanan deposito, cek atau dokumen yang bisa diuangkan dalam waktu dekat, investasi jangka pendek atau penghasilan sendiri.

"Besarnya nilai aset lancar yang harus dimiliki seseorang tentu akan sangat bergantung dengan nilai kekayaan bersihnya," kata Aulia dalam keterangan tertulis, Jumat (29/1/2021).

Baca Juga: Apa Itu Aset Investasi dan Apa Saja yang Termasuk di Dalamnya?

1. Aset lancar tidak boleh terlalu banyak

Ilustrasi Diversifikasi Investasi (IDN Times/Shemi)

Aulia mengatakan besaran nilai kekayaan bersih seseorang adalah dengan mencari hasil pengurangan total aset dan total liabilitas (utang). Besaran dari total aset lancar yang ideal adalah 15 persen hingga 20 persen dari nilai kekayaan bersih. Makin besar kekayaan bersih, maka makin besar pula aset lancar yang harus disediakan.

"Anggap saja, seorang kepala keluarga, sebut saja Bapak Michael, memiliki aset pribadi berupa dua mobil dan satu sepeda motor. Maka, bukan hanya dana untuk biaya operasional kendaraan yang harus disiapkan, melainkan juga dana untuk pajak tahunan serta dana untuk kebutuhan darurat lainnya. Tanpa aset lancar yang cukup, Bapak Michael akan sulit untuk membayar hal-hal yang menjadi kewajiban dan kebutuhannya terkait kendaraan yang dimiliki," papar Aulia.

Kalau seorang memiliki aset lancar berlebih juga dinilai tidak sehat karena jumlah aset lancar yang terlampau besar menandakan tingginya aset tidak produktif yang dimiliki.

"Dengan aset lancar berlimpah, alangkah baiknya bagi seseorang untuk menempatkan dananya ke investasi jangka panjang," ucapnya.

2. Walau dana darurat ideal, jumlah aset lancar belum tentu ideal

Rekening tabungan bank-bank Himbara (IDN Times/Umi Kalsum)

Dalam data yang dihimpun dari program konsultasi keuangan Lifepal, sebanyak 90,7 persen partisipan memiliki ketersediaan dana darurat yang tidak ideal, sedangkan 9,3 persen lainnya dinyatakan sehat.

Dana darurat kerap disebut dengan rasio likuiditas atau basic liquidity ratio, yang artinya menunjukkan sebuah batas kepemilikan aset lancar ideal jika dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Namun tolak ukur jumlah aset lancar akan dihitung berdasarkan nilai kekayaan bersih.

"Patut diketahui, jumlah dana darurat yang ideal tidak menjamin keidealan jumlah aset lancar. Namun saat seorang memiliki total aset lancar dalam jumlah ideal, maka jumlah dana daruratnya pun ideal," ujar Aulia.

Baca Juga: 7 Hal Penting Dilakukan Saat Ada yang Meninggal, Aset hingga Finansial

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya