TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bandara Kualanamu Tidak Dijual, Begini Penjelasan Angkasa Pura II 

Ada keuntungan dari kerja sama AP II dengan GMR Airports

Ilustrasi Bandara Kualanamu (Dok. Angkasa Pura II)

Jakarta, IDN Times - PT Angkasa Pura II (Persero) membantah kabar yang menyebut Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Sumatra Utara, dijual. Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis AP II Armand Hermawan mengatakan yang sebenarnya terjadi adalah kerja sama dengan GMR Airports Consortium, bukan transaksi penjualan saham atau penjualan aset Bandara Internasional Kualanamu.

"Tidak ada penjualan aset atau penjualan saham Bandara Internasional Kualanamu. Kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu beserta asetnya 100 persen tetap milik AP II. GMR Airports Consortium sendiri dipilih menjadi mitra strategis, setelah melalui serangkaian proses tender secara profesional dan transparan," kata Armand kepada IDN Times, Minggu (28/11/2021).

Baca Juga: Penjelasan Anak Buah Erick Thohir Soal Isu Penjualan Bandara Kualanamu

1. Bentuk kerja sama Angkasa Pura II dengan GMR Airports Consortium

Ilustrasi Bandara Kualanamu (Dok. Angkasa Pura II)

Armand menjelaskan AP II dengan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo), yakni PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu. AP II sebagai pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham.

"Saat ini pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan oleh AP II. Sejalan dengan adanya mitra strategis, pengelolaan selama 25 tahun akan dilakukan oleh AP II dan GMR melalui JVCO yang 51 sahamnya dimiliki AP II. Nantinya pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu akan kembali seluruhnya kepada AP II setelah masa kerjasama berakhir," katanya.

Armand menyebutkan JVCo hanya akan menyewa aset kepada AP II untuk dikelola selama 25 tahun. Setelah periode kerja sama berakhir, JVCo tidak berhak lagi mengelola Bandara Internasional Kualanamu dan semua aset hasil pengembangan akan dikembalikan kepada AP II.

"Kemitraan dapat dianggap seperti perjanjian sewa menyewa dengan para tenant di terminal Bandara,” ujarnya.

2. Model bisnis untuk menarik minat investasi pihak swasta

Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Armand menuturkan kemitraan strategis ini merupakan inovasi model bisnis yang menarik minat investasi pihak swasta, untuk dapat turut berkontribusi dalam mengembangkan infrastruktur di Indonesia dan menyediakan layanan bagi kepentingan umum.

“Tujuan dari kemitraan strategis ini adalah mengakselerasi 3E yaitu Expansion the traffic (memperluas penerbangan), Equity partnership (menambah permodalan) dan Expertise sharing (berbagi teknologi dan keahlian), sehingga daya saing Bandara Internasional Kualanamu dapat lebih cepat ditingkatkan,” katanya.

3. Kerja sama ini diyakini bisa datangkan lebih banyak turis ke Indonesia

Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Terkait Expansion the traffic, Armand mengungkapkan, Bandara Internasional Kualanamu akan dijadikan hub penerbangan internasional, khususnya di wilayah barat yang akan mendatangkan banyak penerbangan dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

Adapun GMR Airports Consortium yang sebagian sahamnya juga dimiliki Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis, termasuk jaringan operator bandara dengan total jumlah penumpang terbanyak di dunia.

“Pada tahun 2020 jumlah pergerakan penumpang pesawat di Bandara Internasional Kualanamu sekitar 3 juta penumpang per tahun. Melalui kemitraan strategis AP II dan GMR Airports Consortium, JVco menargetkan jumlah pergerakan penumpang menjadi sekitar 54 juta penumpang per tahun di akhir Kerjasama kemitraan,” kata Armand.

Baca Juga: Bandara Kualanamu Dijual? Begini Respons Anak Buah Sri Mulyani

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya