TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Erick Thohir Ungkap Nasib Miris 142 BUMN, Cuma 10 Persen yang Bagus

Sisanya BUMN kesulitan karena dampak virus corona

Erick Thohir Bersama Budi Waseso Memantau Pasokan Beras Bulog (IDN Times/Kevin Handoko)

Jakarta, IDN Times - Menteri BUMN Erick Thohir menyebut tinggal 10 persen perusahaan BUMN yang masih bagus dari total 142 perusahaan atau sekitar 14 perusahaan.

"Dari 142 BUMN, 10 persennya ya sekitar 14 perusahaan," kata Erick dalam diskusi bersama pimpinan redaksi media, Kamis (14/5).

Baca Juga: Usai Dirut KAI, Kini 4 Direktur PLN Dicopot Erick Thohir

1. Perusahaan BUMN apa saja yang masih bagus?

IDN Times / Auriga Agustina

Dari 142 perusahaan BUMN, Erick menyebut beberapa di antaranya yang masih bagus. Seperti Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang di dalamnya ada Bank Mandiri, BRI, Bank BNI, dan Bank BTN.

Selanjutnya adalah perusahaan di sektor telco, pertambangan, perkebunan dan farmasi.

"Kalau kita lihat total deviden BUMN tahun ini Rp43 triliun, Rp29,5 triliun dari Himbara, hampir 55 persen. Sisanya yang besar telco ada lima koma berapa (triliun). Sisany kecil-kecil," ungkap Erick.

"Pertambangan seperti batu bara, Freeport, memang harga copper lagi turun. Antam emas gak punya tambang emas cuma proses emas, tapi lumayan ada margin. Tapi seperti timah berat," katanya menambahkan.

2. Banyak perusahaan BUMN yang kesulitan

IDN Times/Candra Irawan

Eks Presiden Inter Milan ini menyatakan banyak perusahaan BUMN yang tergerus. Misalkan saja untuk sektor transportasi seperti bandara, kereta api, Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) hingga Garuda Indonesia dalam keadaan sulit. Pun termasuk BUMN yang bergerak dalam bidang perhotelan.

"Yang lain sudah sangat tergerus. BUMN seperti airport hari ini berat. Kereta api yang penumpang tinggal 16 persen, berat. BUMN hotel berat, BUMN ASDP berat," kata Erick.

Kesulitan BUMN tersebut, kata Erick, tidak lepas dari dampak COVID-19 yang melanda Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Guyur Rp155,6 Triliun untuk 12 Perusahaan BUMN 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya