TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Omnibus Law hingga Stimulus AS Bikin Rupiah Melemah saat Penutupan

Bank Dunia berkomentar positif soal Omnibus Law Cipta Kerja

Ilustrasi grafik (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat(16/10/2020) sore ditutup melemah 82 poin atau minus 0,56 persen menjadi Rp14.700.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah salah satunya disebabkan demo mahasiswa dan komentar Bank Dunia terkait Omnibus Law atau Undang-Undang Cipta Kerja.

Dari faktor eskternal, salah satu sebab melemahnya rupiah dikarenakan lockdown negara-negara di Eropa seiring meningkatnya kasus COVID-19 di sana.

1. Demo mahasiswa dan komentar Bank Dunia melemahkan rupiah

Suasana demo tolak UU Cipta Kerja di Kota Denpasar, pada Jumat (16/10/2020). (IDN Times/Ayu Afria)

Ibrahim menyoroti demo para mahasiswa terkait UU Cipta Kerja atau Omnibus Law yang minggu sebelumnya disahkan oleh DPR. Ia mengatakan pemerintah harus terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya UU Omnibus Law karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya.

"Lalu secara bersamaan Bank Dunia ikut mengomentari UU Omnibus Law Cipta Kerja, lembaga keuangan internasional itu menilai beleid sapu jagad tersebut merupakan upaya reformasi besar-besaran untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Jumat.

2. Lockdown Eropa, stimulus AS dan penawaran konsesi Inggris

Ilustrasi Kota London, Inggris (IDN Times/Anata)

Dari faktor eksternal, lonjakan kasus COVID-19 di Eropa membuat negara seperti Inggris dan Prancis, menerapkan lockdown. "Lonjakan kasus di kedua sisi Atlantik memicu kekhawatiran lockdown baru dan kekhawatiran atas dampak merugikan pada pemulihan ekonomi," ujar Ibrahim.

Faktor eksternal kedua adalah Presiden AS Donald Trump yang menawarkan menaikkan label harga pada paket 1,8 triliun dolar AS yang dia usulkan pada awal minggu. Tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga.

"Namun, investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November, yang telah melihat perdagangan logam kuning dalam kisaran sempit untuk bulan Oktober," kata Ibrahim.

Ketiga adalah kondisi pasar yang mengawasi menyusul permintaan Uni Eropa bahwa Inggris menawarkan lebih banyak konsesi untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau bersiap untuk mengakhiri periode transisi pasca-Brexit yang tidak teratur.

"Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memberikan tanggapan pada hari Jumat, tetapi mengingat sikap garis kerasnya pada negosiasi yang mendorongnya ke tampuk kekuasaan, mundur akan menjadi rumit," ujar Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah 16 Oktober Pagi Tak Bertenaga

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya