TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perdagangan Dijahili Filipina dan Eropa, Indonesia Siap Ladeni

Mendag bilang gak boleh baper dengan sengketa tersebut

Muhammad Lutfi (Youtube.com/The U.S. - Indonesia Society (USINDO))

Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa perdagangan luar negeri Indonesia sedang dijahili oleh Filipina dan Uni Eropa. Hal ini terjadi karena Indonesia bertransformasi dari pengekspor bahan mentah dan setengah jadi menjadi barang industri dan berteknologi tinggi.

Dengan Filipina misalnya, Lutfi kesal karena ekspor mobil dari Indonesia dihalangi Negara Lumbung Padi tersebut.

"Saya lagi kesel kita menjual kira-kira 1,5 miliar dolar mobil ke Filipina. Filipina menetapkan safeguard untuk industri mereka di Filipina dari mobil kita," kata Lutfi dalam acara Economic Recovery: How To Accelerate Economic Growth Media Group News, Rabu (27/1/2021).

1. Masalah ekspor mobil dengan Filipina

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Lutfi menjelaskan bahwa aturan safeguard Filipina itu tidak beralasan. Pertama, karena Filipina tidak punya industri mobil dalam negeri. Ia menilai, kalaupun Filipina punya industri mobil, industri tersebut termasuk Completely Knock Down (CKD), di mana komponennya bisa diimpor atau diproduksi sendiri di dalam negeri.

Kedua, importir industri Filipina pun dinilai terganggu juga oleh kebijakan Filipina.
"Secara kasat mata, mereka lagi-lagi ketakutan daripada balance of trade (neraca perdagangan) itu terganggu. Jadi mereka mencoba itu (safeguard)." 

" Tetapi kita akan hadapi," tegasnya.

2. Indonesia juga "diganggu" Uni Eropa

Ilustrasi. ANTARAFOTO/Jojojn

Tidak hanya Filipina, Lutfi mengatakan Uni Eropa juga menganggu perdagangan Indonesia dengan dengan menuntut lewat Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) terkait ekspor bijih nikel.

"Eropa menganggu kita dari perdagangan. Saya bilang masalahnya bukan karena nikelnya gak ada, mereka cuma beli nikel dari kita kecil sekali, tidak sampai 2 persen," kata Lutfi.

Lutfi menyebut Uni Eropa ketakutan karena Indonesia bertransformasi dari pengekspor bahan mentah dan setengah jadi menjadi pengekspor barang industri dan berteknologi tinggi.

"Mereka ketakutan kalau kita ini yang mestinya mengekspor barang mentah, namun kita sudah berubah menjadi barang industri. Sekarang kita ditutup di Eropa, ya kita ladeni," kata Lutfi.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Surplus US$21,7 Miliar, Mendag Cium Potensi Bahaya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya