TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ribet dan Mahal, Wisata di New Normal Diramalkan Minim Peminat

Harus tes kesehatan dan biaya yang lebih mahal, mau?

Pantai Tanjung Aan, Mandalika, Lombok (IDN Times/Sunariyah)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah berencana membuka pariwisata di masa new normal atau kenormalan baru setelah melakukan berbagai persiapan protokol kesehatan dan lainnya. Meski begitu, muncul pesimisme wisata, khususnya untuk wisata domestik di Indonesia akan langsung ramai alias diprediksi minim peminat.

Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) menilai jika protokol kesehatan dan kebersihan objek wisata ini belum disiapkan dengan baik, dapat dipastikan masyarakat akan lebih memilih wisata lokal.

"Kita mendesak ke pengelola wisata untuk menerapkan protokol kesehatan yang lebih baik. Kita khawatir objek wisata ini belum siap. Karena dalam pandangan kami, yang lebih siap mulai beroperasi adalah wisata lokal," kata Wakil Ketua Umum 1 Asita Budijanto Ardiansyah kepada IDN Times, Senin (1/6).

Tidak hanya masalah kesiapan. Budi mengatakan ada beberapa sebab lain yang membuat masyarakat berpikir ulang untuk berwisata ke tempat yang lebih jauh.

Baca Juga: Wisata Lokal Diprediksi Jadi Primadona saat New Normal 

1. Perlu tes kesehatan yang cukup ribet

Ilustrasi tes swab. (IDN Times/Mia Amalia)

Budi menyebut di beberapa daerah akan menerapkan tes kesehatan seperti tes PCR sebagai syarat masuk tempat pariwisata. Biaya tes kesehatan akan dibebankan ke pengunjung. "Jadi kecenderungan perjalanan agak jauh cenderung kecil karena ribet," ujar Budi.

Salah satu daerah yang pernah menyatakan akan memberlakukan tes PCR adalah Belitung. Tes ini direncanakan akan dimasukkan dalam paket pariwisata. Wisatawan yang akan datang akan dites terlebih dulu dan menunggu 3 jam di priority lounge hingga hasil tes keluar.

Dengan adanya tes kesehatan, otomatis biaya wisata menjadi mahal. Menurut Wakil Bupati Belitung Ishak Meirobie, tes PCR di Belitung akan dihargai sekitar Rp1,5 juta.

"Misal paket Rp5 juta jadi Rp6,5 juta. Kalau dia negatif silakan pergi ke pantai, pulau dan lain-lain," katanya pada Mei lalu.

2. Biaya transportasi yang menjadi mahal karena physical distancing

(IDN Times/Arief Rahmat)

Selain tambahan biaya tes kesehatan, biaya yang akan naik lainnya adalah transportasi. Budi mengatakan biaya transportasi akan mahal karena kapasitas yang harus lebih sedikit dengan adanya aturan physical distancing.

"Katakanlah satu pesawat yang kapasitas 150 orang cuma setengahnya, harga pasti akan naik. Artinya kalau tidak kepentingan betul-betul, orang pasti akan menghindari. kalo berwisata dengan harga terlalu mahal, ya akan larinya ke wisata lokal," ujar Budi menjelaskan.

Transportasi ini mencakup kendaraan yang menghubungkan antar daerah seperti pesawat, perahu dan bus jarak jauh dan kereta api.

Baca Juga: Pariwisata di Pulau Bali Berpotensi Dibuka saat Penerapan New Normal

(Skenario new normal di Indonesia) IDN Times/Sukma Shakti

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya