TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Ditutup Menguat karena Kabar Stimulus AS dan Brexit

Tapi rupiah tertekan oleh kasus COVID-19 yang tinggi

ilustrasi transaksi.IDN Times/Reza Iqbal

Jakarta, IDN Times - Sentimen eksternal membuat nilai tukar (kurs) rupiah ditutup perkasa pada perdagangan Selasa (29/12/2020) meski tertekan sentimen internal yakni tingginya kasus COVID-19.

Rupiah menguat 25 poin atau 0,18 persen menjadi Rp14.130 per dolar AS dibanding penutupan pada Senin, 28 Desember 2020 pada posisi Rp14.155 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Menguat, Tertolong Data Eksternal Meski Ada Ancaman COVID-19 

1. Pemberian stimulus AS yang melemahkan dolar

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara saat reli kampanye di Carson City, Nevada, Amerika Serikat, Minggu (18/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, Senat AS yang bersiap memberikan suara apakah akan meningkatkan jumlah pemeriksaan stimulus yang akan diberikan kepada orang Amerika yang memenuhi syarat membuat dolar tertekan. Hal ini menyebabkan dolar AS tertekan.

Sebelumnya, pada Minggu, 27 Desember 2020, Presiden AS Donald Trump sudah menandatangani undang-undang bantuan pandemi senilai 2,3 triliun dolar AS dan paket pengeluaran, memulihkan tunjangan pengangguran bagi jutaan orang Amerika dan mencegah penutupan pemerintah federal.

"Dewan Perwakilan Rakyat AS memilih untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan stimulus bagi orang Amerika yang memenuhi syarat dari 600 dolar AS menjadi 2.000 dolar AS pada hari Senin kemarin," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/12/2020)

2. Brexit juga menguatkan rupiah

ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah McKay

Selain itu, sentimen Inggris yang pada Kamis lalu meraih kesepakatan perdagangan Brexit yang sempit dengan Uni Eropa juga turut menguatkan rupiah.

Ibrahim menilai kesepakatan perdagangan pasca-Brexit tersebut membuat prospek yang membaik untuk pertumbuhan global dan pemulihan ekonomi dari COVID-19 memperlihatkan keuntungan di saham global. "Meskipun perjanjian tersebut kurang detail," ujarnya.

Baca Juga: Rupiah Menguat karena Sentimen Stimulus AS dan Omnibus Law

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya