TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Kabar Pasar Bunga Rawa Belong selama Ramadan Kedua saat Pandemik?

Ada pedagang yang sampai jual aset bahkan gulung tikar

Pasar Bunga Rawa Belong. (IDN Times/Helmi Shemi)

Jakarta, IDN Times - Dengan cekatan Wanto memotong ujung tangkai-tangkai bunga mawar di tangannya. Penjual bunga di Pasar Bunga Rawa Belong itu kemudian merapikan sekumpulan mawar itu lantas membungkusnya dengan kertas. Sesekali ia menyahuti obrolan beberapa penjual bunga lainnya.

Hari-hari tampak berjalan normal di Pasar Bunga Rawa Belong. Tapi sebenarnya kondisi penjualan jauh berbeda dibandingkan dua tahun lalu. Setidaknya sudah setahun lebih sejak virus corona masuk ke Indonesia dan membuat bisnisnya berantakan.

"Setahun pandemik hancur, paling buat biaya hidup aja, gak bisa lebih," kata Wanto yang sudah 15 tahun berjualan di pasar ini kepada IDN Times beberapa waktu lalu.

Memasuki Ramadan, kelesuan itu lebih terasa lagi. Pasar Bunga di Rawa Belong pada sore hari di bulan puasa terlihat sepi, tidak seperti Ramadan sebelum pandemik datang. Hanya ada beberapa pembeli yang masuk dan mencari bunga kala itu.

"Kalau hari biasa gini apalagi pas puasa emang sepi. Kalau malam Sabtu dan malam Minggu baru kadang agak ramai," kata penjual bunga lainnya bernama Fahmi.

Baca Juga: Cerita Petani Minahasa dan Pebisnis AS Bawa Vanilla Indonesia Mendunia

1. Jual aset hingga petani bunga yang gulung tikar

Pasar Bunga Rawa Belong. (IDN Times/Helmi Shemi)

Jaka, penjual bunga di pasar tersebut sedang melayani pembeli bunga sedap malam. Tangannya memegang pisau dan memotong batang bunga berwarna putih yang terkenal akan aromanya tersebut, lalu mengaitkannya dengan tali rafia untuk dibawa si pembeli.

Sambil melayani pembeli, ia menceritakan nasib miris bisnis bunga tidak hanya dirasakan oleh penjual tapi juga petani bunga. Menurutnya, banyak petani hingga pedagang bunga yang menjual aset mereka seperti mobil dan alat dekorasi untuk bertahan hidup.

"Petani sedap malam ini contohnya, yang tanam agak berkurang karena gak kuat beli obat dan pupuknya. Gak sesuai sama pengeluaran. Banyak yang jual aset, ada yang sampai gulung tikar," kata Jaka.

Baca Juga: Tanpa Modal Awal, Bisnis Serum Tanaman Ini Laku Ribuan Botol per Detik

2. Naik turun penjualan bunga karena kebijakan pemerintah

Pasar Bunga Rawa Belong. (IDN Times/Helmi Shemi)

Penjualan bunga di Pasar Bunga Rawa Belong naik turun selama pandemik COVID-19, seiring penerapan kebijakan pemerintah mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap awal, tahap transisi, hingga PSBB Mikro.

Banyak acara-acara dibatalkan hingga tidak boleh diselenggarakan demi mencegah penularan COVID-19. Padahal pembeli bunga partai besar kebanyakan adalah 'orang dekorasi' atau event organizer yang menangani acara pernikahan.

"Karena makin diperketat dari acara-acara, pernikahan di gedung-gedung di tutup jadi pemakaian bunga berkurang," kata Fahmi.

Pada awal pandemik, kata dia, penjualan dan harga bunga merosot tajam meski akhirnya jelang Lebaran tahun lalu sempat sedikit meningkat. Ketika ada pelonggaran PSBB, Fahmi mengatakan penjualan bunga sempat meningkat hingga 25 persen hingga tahun baru atau sekitar Januari 2021.

"Sekarang turun lagi 5 persen. Karena mulai tahun baru ada pengetatan lagi PSBB transisi," ucapnya.

Baca Juga: Jeritan Hati Pegawai KFC Dipangkas Gaji dan Dirumahkan saat Pandemik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya