TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nelayan Bisa Akses Digitalisasi Pelabuhan, Penerimaan Negara Digenjot

Sistem WakatobiAIS juga berguna untuk keselamatan nelayan

Ilustrasi kapal-kapal nelayan. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Jakarta, IDN Times – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendigitalisasi sejumlah layanan di pelabuhan. Hal itu guna mendukung pelaksanaan program terobosan, yakni peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sub sektor perikanan tangkap.

"Digitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan nelayan saat melaut hingga memperkuat pendataan hasil produksi," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan tertulis, Selasa (30/3/2021).

Baca Juga: Musim Ikan Bawal Laut, Nelayan Bantul Raup Untung Puluhan Juta

1. WakatobiAIS dapat memonitor keberadaan kapal

Ilustrasi. Nelayan di Kabupaten Tangerang terdampak wabah COVID-19 (ANTARA FOTO/Fauzan)

KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memasang alat Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi - Automatic Identification System (WakatobiAIS) pada sepuluh kapal nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Serang, Banten.

Pemasangan dilakukan bersama LPTK dan Solusi247 dan didukung penuh oleh Pusat Riset Kelautan (Pusriskel), Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dan Direktorat Kepelabuhanan DJPT.

Wakatobi AIS merupakan perangkat AIS Class B yang dapat mengirim posisi kapal secara simultan. Dengan demikian, keberadaan kapal dapat diketahui oleh kapal-kapal lain di sekitarnya dan stasiun monitoring di darat.

"Kegunaannya sebagai alat keselamatan nelayan apabila kapal yang mereka operasikan dalam kondisi bahaya," jelasnya.

Baca Juga: Menhub Harapkan Stakeholders Pelabuhan Bantu Pemulihan Ekonomi RI

2. WakatobiAIS menjadi alat keselamatan nelayan

ANTARA FOTO/Rahmad

Pemasangan WakatobiAIS sangat mudah. Cukup dengan memasang antena di posisi tertinggi kapal lalu memasang alat utama AIS pada posisi yang mudah dijangkau oleh awak kapal. Sebagai perbandingan, produk AIS yang lain membutuhkan sambungan listrik ke catu daya seperti ke aki atau adaptor DC juga sambungan kabel ke antena GPS yang dipasang terpisah.

Hasil inovasi riset Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi ini dinilai cocok untuk kapal-kapal nelayan Karangantu yang sebagian besar merupakan kapal bagan.

Nelayan di sana kerap menangkap ikan di lokasi yang ramai pelayaran kapal-kapal besar dari Cilegon dan Merak. Keberadaan kapal nelayan berisiko tertabrak atau terkena hempasan ombak tinggi akibat kapal besar yang melintas.

"Kami sangat mendukung implementasi alat keselamatan nelayan di kapal-kapal nelayan, terutama nelayan di wilayah pengawasan kami. Terlebih dipilihnya PPN Karangantu merupakan kali pertama dimanfaatkannya alat keselamatan nelayan hasil temuan para peneliti LPTK Wakatobi," ujar Kepala PPN Karangantu, Asep Saefuloh.

Dalam pemasangan WakatobiAIS, terlebih dahulu dilakukan pengecekan kapal guna menentukan kapal memenuhi syarat. Instalasi di kapal hanya membutuhkan waktu 7 hingga 10 menit dan alat dapat langsung dinyalakan dan otomatis kapal dapat dilihat posisinya di layar monitor.

Selain melakukan instalasi transmiter AIS di kapal, tim juga melakukan instalasi sistem penerima AIS yang dipasang di kantor Pelabuhan. Sistem ini akan memudahkan operator Pelabuhan mengawasi dan memberikan pelayanan terhadap aktivitas kapal perikanan di PPN Karangantu.

Baca Juga: Pemerintah Akan Bangun Pelabuhan di Ambon dengan Nilai Investasi Rp5 T

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya