TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pendapatan Kotor: Faktor yang Mempengaruhi dan Cara Menghitungnya

Terkadang disebut pula dengan margin kotor

Ilustrasi membuka spreadsheet excel (Freepik.com/rawpixel.com)

Cara menghitung pendapatan menjadi hal dasar dalam praktik akuntansi dan manajemen keuangan bagi seorang pebisnis. Selain pendapatan bersih atau biasa disebut dengan laba, ada pula jenis pendapatan kotor yang penting untuk dicatat di laporan keuangan.

Pendapatan kotor merupakan titik awal untuk menghitung banyak jenis pendapatan lainnya. Mengetahui konsep pendapatan kotor pun akan membantu pebisnis membedakan antara keuntungan bisnis yang diperoleh.

Agar lebih paham, simak artikel ini sampai habis, ya!

Baca Juga: 12 Macam-macam Bukti Transaksi untuk Laporan Keuangan, Apa Saja? 

1. Pengertian pendapatan kotor

ilustrasi menggunakan Ms. Excel (freepik.com/rawpixel.com)

Menlansir Bankrate, dalam konteks perorangan, pendapatan kotor atau gross income mengacu pada total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi oleh pembayaran pajak dan potongan lainnya. Sumber pendapatan kotor bisa beragam dan tidak terbatas pada uang tunai saja, melainkan juga properti dan jasa.

Sementara dalam konteks bisnis perusahaan, pendapatan kotor sering disamakan dengan margin kotor atau gross margin. Bedanya, secara teknis, pendapatan kotor digunakan saat berbicara mengenai jumlah moneter. Sementara margin kotor biasanya digunakan apabila mengacu kepada persentasi atau rasionya.

Pendapatan kotor yang ditemukan pada laporan laba rugi merupakan pendapatan dari seluruh sumber, dikurangi dengan harga pokok penjualan perusahaan.

Terkadang, pendapatan kotor juga disebut sebagai laba kotor dalam penyusunan laporan keuangan. Hal tersebut sama seperti pendapatan dari penjualan barang maupun jasa yang dikurangi dengan harga pokok penjualan.

2. Faktor yang mempengaruhi pendapatan kotor

ilustrasi manajemen (Pexels.com/ThisIsEngineering)

Besaran pendapatan kotor dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:

1. Harga jual produk
Pendapatan akan semakin besar diterima jika adanya kenaikan harga produk yang dijual semakin tinggi. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa setiap periode pendapatan kotor yang diterima selalu berbeda, sebab harga jual produk yang per periode bisa berbeda. 

2. Jumlah barang
Selain harga jual, jika jumlah barang atau jasa yang dijual semakin banyak maka akan berperluang besar untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi. Sebaliknya, jika jumlah barang yang dijual sedikit, tentu pendapatan yang diperoleh juga sediktit.

3. Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) yang tetap dan seimbang dengan harga jual tentu peluang mendapatkan pendapatan juga akan semakin tinggi. Namun, berbeda apabila HPP meningkan namun harga jual masih stabil atau stagnan, tentu saja pendapatan yang diperoleh akan semakin sedikit.

Jadi, idealnya yaitu HPP harus lebih kecil dari harga jual. Hal itu dikarenakan apabila nanti dikurangi maka pendekatan kotor yang timbul adalah keuntungan yang masih tergolong parsial.

3. Rumus menghitung pendapatan kotor

ilustrasi menghitung (pexels.com/RODNAE Productions)

Pendapatan kotor merupakan salah satu item dalam penyusunan laporan laba rugi dalam sebuah bisnis. Juga merupakan laba perusahaan yang digunakan untuk tahun sebelum dikurangi dengan biaya langsung dan pajak.

Biaya langsung tersebut mulai dari biaya tenaga kerja, peralatan yang dipakai untuk kegiatan produksi, biaya persediaan, biaya bahan baku, hingga biaya pengiriman. Pajak tidak dipotong karea tidak berhubungan langsung dengan produksi dan penjualan produk.

Adapun rumus dalam menghitung pendapatan kotor dalam suatu bisnis, yaitu:

Pendapatan kotor = pendapatan – harga pokok penjualan (HPP)

Agar dapat mudah memahaminya, berikut contoh soal dalam menghitung pendapatan kotor.

Perusahaan ABC memiliki laporan laba rugi sebagai berikut:

Penjualan bersih: Rp200 juta
HPP: Rp50 juta
Biaya pemasaran: Rp10 juta
Biaya keperluan administrasi: Rp10 juta
Pajak: Rp5 juta

Maka, perhitungan pendapatan kotornya yaitu:

Pendapatan kotor = Pendapatan – HPP

Maka = Rp200 juta – Rp50 juta = Rp150 juta

Perlu diingat bahwa untuk menghitung pendapatan kotor hanya perlu menghitung penjualan bersih dan HPP-nya saja. Untuk jenis beban yang ditanggung perusahaan tidak perlu dihitung dalam pendapatan kotor.

Baca Juga: Mengenal Profit, Jenis-jenis dan Cara Perhitungannya Dalam Bisnis

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya