Populasi Menua di China Perlambat Pertumbuhan Ekonomi Negara
China alami penurunan populasi selama 2 tahun berturut-turut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Populasi menua di China kini semakin meningkat di tengah anjloknya angka kelahiran selama beberapa tahun terakhir. Tingginya angka kematian akibat COVID-19 yang memicu kekhawatiran terhadap penurunan demografi negara tersebut.
Hal ini memberikan tantangan besar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang negara dengan perekonomian terbesar di dunia karena berkurangnya jumlah pekerja dan konsumen.
Kelompok besar dari total jumlah penduduk China yang berjumlah sekitar 1,4 miliar tersebut, akan keluar dari angkatan kerja dan melewati masa prima dalam hidup mereka untuk melakukan konsumsi. Ini akan berimbas pada ketidakseimbangan struktural yang berdampak pada ekonomi.
"Perubahan struktur usia di China akan memperlambat pertumbuhan ekonomi," kata Xiujian Peng, peneliti senior di Pusat Studi Kebijakan di Victoria University (CoPS), Melbourne. dikutip dari Reuters pada Kamis (18/1/2024).
Baca Juga: China Kecam Negara yang Ucapkan Selamat atas Pemilu Taiwan
1. Meningkatnya tunjangan pensiun dan perawatan lansia
Populasi usia pensiun di China, yang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 400 juta orang pada 2035. Sementara itu, meningkatnya tunjangan pensiun dan biaya perawatan lansia juga menambah beban pemerintah daerah yang berhutang.
Berdasarkan data dari Akademi Ilmu Pengetahuan China yang dikelola negara, diperkirakan sistem pensiun akan kehabisan uang pada 2035, di mana sekitar sepertiga yurisdiksi tingkat provinsi di negara itu mengalami defisit anggaran pensiun.
Tercatat, porsi konsumsi rumah tangga terhadap output perekonomian di China sudah termasuk yang terendah di dunia.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.