TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Berpotensi Cuan Besar dari Bisnis 'Emas Hijau'

'Emas Hijau' menjadi primadona pengusaha rempah dunia

Vanilla Beans dari Origin Vanilla dan Narasi Pangan

Jakarta, IDN Times – Indonesia merupakan salah satu eksportir vanilla (vanili) terbesar di dunia. Menurut Kementerian Perdagangan, pada tahun 2019 Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai eksportir vanilla terbesar dunia setelah Madagaskar dan Prancis.

“Madagaskar menguasai 53,06 persen pangsa ekspor vanili dunia dengan ekspor sebesar 573,17 dolar AS,” kata kementerian melalui postingan Twitter pada 19 Agustus 2020.

Kementerian Perdagangan juga mengatakan tren ekspor produk vanili Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada periode 2015-2019, yaitu sebesar 32,55 persen.

Sementara itu menurut Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kemendag Olvy Andrianita pada Juni 2020 lalu, saat ini Indonesia berada di urutan kedua eksportir vanilla dengan cakupan 8,71 persen. Sedangkan peringkat pertama masih ditempati oleh Madagaskar sebesar 55,35 persen. Negara eksportir terbesar selanjutnya adalah Prancis (7,43 persen), Kanada (6,43 persen), dan Jerman (4,97 persen).

Baca Juga: 6 Manfaat Vanilla, Gak Hanya Jadi Aroma dan Perasa Makanan

1. Vanilla jadi komoditi peringkat kesekian di dalam negeri

Pendiri Narasi Pangan, Rommy Senduk

Meski saat ini Indonesia berada di peringkat kedua eksportir vanilla terbesar dunia, namun sayangnya menurut petani dan pelaku usaha vanilla, Rommy Senduk, pemerintah masih kurang memperhatikan komoditi ini.

“Memang yang harus dilihat adalah Indonesia adalah negara penyumbang atau produksi vanilla kedua terbesar di dunia. Tapi secara produksi dalam negeri sendiri vanilla itu di peringkat kesekian, yang pasti kan kelapa sawit, produk kelapa. Jadi vanilla itu memang secara rangking dunia Indonesia memproduksi dua terbesar, tapi secara domestik produk kita memang agak tertinggal dibanding dengan produk-produk yang lain,” kata petani vanilla asal Desa Rerer, Minahasa, Sulawesi Utara itu kepada IDN Times, Selasa (23/12/2020).

“Cuman jangan salah, karena kan harganya juga 50 kilo vanilla itu setara dengan 1 ton rempah-rempah yang lain, 1000 kilo rempah-rempah yang lain. Karena dari segi harga sangat-sangat tinggi,” tambahnya.

Baca Juga: Perjuangan Murdani Membangun Bisnis Terasi Tanpa Bantuan Pemerintah

2. Harga vanilla selangit

Origin Vanilla

Vanilla merupakan komoditas dengan harga selangit. Bahkan menurut Kemendag, vanilla kerap disebut sebagai emas hijau karena memiliki nilai ekonomis serta harga jual yang tinggi.

“Biji vanili mencapai harga tertinggi di tahun 2018, yakni 650 dolar AS/kg. Sedangkan pada 2020, harga biji vanili terkoreksi menjadi 200 dolar AS/kg,” kata kementerian.

Sebagai pengusaha dan petani vanilla langsung, Rommy pun membenarkan soal harga vanilla yang sangat mahal di pasaran tersebut. Namun demikian ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak petani yang menjual hasil panennya dengan harga yang sangat rendah akibat banyaknya calo yang mengambil keuntungan tinggi.

Ia juga menyebut tingginya harga vanilla itu tidak merata karena tergantung pada tingkatannya (grade). Menurut Rommy ada tiga grade vanilla di pasaran, yaitu grade A, B, dan C.

“Ini sering di misunderstood, vanilla is expensive. Tapi, grade apa dulu?” kata pendiri Narasi Pangan tersebut.

3. Potensi ekspor vanilla

Pemilik Origin Vanilla Zach Schwindt dan petani Desa Rerer

Menurut Rommy, Indonesia saat ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspor vanillanya karena belum seluruh wilayah melakukan pembudidayaan tanaman vanilla dengan baik. Ia pun mengaku di kampung halamannya, yang adalah pusat dari produksi vanilla di Indonesia, masih banyak petani yang belum tahu cara bertani vanilla dengan baik.

“Jadi saat ini petani tidak memiliki knowledge untuk memproses vanilla sampai memenuhi kualitas ekspor, yang harganya lumayan tinggi pastinya,” katanya.

Sejalan dengan Rommy, Zach Schwindt, importir vanilla Indonesia asal Colorado, Amerika Serikat (AS) pun memiliki pandangan yang sama soal potensi vanilla Indonesia di kancah internasional.

“Anda tahu, orang sangat penasaran dengan Indonesia. Kalau memikirkan vanilla, kebanyakan orang tidak memikirkan vanilla Indonesia. Mereka memikirkan Madagaskar," kata Zach. 

"Jadi terkadang sulit bagi kami untuk mengatakan ‘Hei lihat, Anda tahu saya memperkenalkan vanilla Indonesia kepada Anda, saya harap Anda bisa membandingkannya dengan yang dimiliki Madagaskar', karena sebenarnya vanilla di Indonesia berkualitas sangat baik dan sebenarnya lebih cocok dengan profil rasa yang lebih banyak daripada Madagaskar,” papar pengusaha muda yang memiliki perusahaan bernama Origin Vanilla tersebut.

“Misalnya, perusahaan cokelat di AS sering kali lebih memilih vanilla Indonesia sebagai profil rasa daripada vanilla Madagaskar,” tambahnya.

Baca Juga: Cerita Petani Minahasa dan Pebisnis AS Bawa Vanilla Indonesia Mendunia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya