TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menutup Akhir Pekan, Rupiah Menguat 0,41 Persen terhadap Dolar

Rupiah menguat menjadi Rp14.189 per dolar AS

Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,41 persen pada penutupan perdagangan sore ini, Jumat (11/6/2021).

Dikutip dari Bloomberg, rupiah berada di level Rp14.189 per dolar AS sore ini. Pada penutupan sebelumnya rupiah berada di level Rp14.247 per dolar AS.

Baca Juga: Buat yang Mau Maju! 10 Cara Simpel Investasi ke Diri Sendiri

1. Faktor penguatan rupiah

ilustrasi uang rupiah (IDN Times/Umi Kalsum)

Menurut Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibii, salah satu penyebab penguatan rupiah yaitu karena kenaikan inflasi AS yang sedikit lebih cepat dari perkiraan mendorong investor bertaruh bahwa tekanan harga akan bersifat sementara dan dukungan bank sentral akan tetap ada.

Data inflasi AS yang dirilis pada Kamis menunjukkan bahwa indeks harga konsumen inti (CPI) tumbuh lebih tinggi dari perkiraan 3,8 persen tahun-ke-tahun. Itu tumbuh 0,7 persen bulan ke bulan, yang berada di atas ekspektasi tetapi di bawah pertumbuhan April.

“Di sisi bank sentral, investor terus mencerna keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang dijatuhkan pada hari Kamis. Presiden ECB Christine Lagarde juga memperbarui janji untuk pembelian obligasi yang lebih cepat, bahkan ketika para pejabat mengakui untuk pertama kalinya sejak 2018 bahwa ekonomi zona euro tidak lagi dibayangi oleh risiko terhadap prospek pertumbuhannya,” katanya.

Baca Juga: Inflasi AS Diprediksi Bisa Capai 4 Persen di Pertengahan 2022

2. Investor fokus ke pertemuan Fed

jerome Powell (Website/https://www.npr.org/)

Dalam pernyataannya, Ibrahim menyebut sekarang fokus investor beralih ke pertemuan The Federal Reserve (The Fed) yang akan digelar minggu depan, meskipun para traders sekarang mengatakan bahwa mungkin tidak ada banyak perubahan dalam retorika yang telah mengecilkan kebutuhan untuk mengurangi stimulus.

“Sebuah rencana untuk mengurangi pembelian obligasi diharapkan akan diumumkan pada bulan Agustus atau September menurut jajak pendapat para ekonom Reuters, tetapi tidak diperkirakan akan dimulai sampai tahun depan,” ujarnya.

Baca Juga: Akhir Pekan, Rupiah Dibuka Menguat Terhadap Dolar AS

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya