Aktivitas IPO di Pasar Global Menurun selama Kuartal I 2021
Asia Pasifik menyumbang aktivitas IPO global terbesar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 membuat jumlah aktivitas penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada kuartal I 2021 sedikit menurun dibandingkan kuartal I 2020. Hal tersebut ditemukan dalam laporan "Global IPO Trends: Q1 2021" yang dirilis oleh Ernst & Young (EY) baru-baru ini.
Dalam laporan itu disebutkan ada 12 perusahaan yang IPO atau go public selama kuartal I 2021. Hal tersebut lebih sedikit dibandingkan periode sama tahun lalu yang berjumlah 18 perusahaan.
Kendati dari segi jumlah perusahaan berkurang, EY menemukan bahwa total dana yang berhasil dihimpun justru meningkat dari Rp2,7 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp3 triliun pada kuartal I 2021.
EY Indonesia M&A Practice Leader, Sahala Situmorang menyatakan, jumlah itu akan terus meningkat dan melampau hasil IPO tahun lalu seiring dengan pasar yang menantikan IPO perusahaan besar sepanjang 2021.
"Terlepas dari ketidakpastian yang membayangi karena pandemik, pasar sibuk dengan IPO mendatang dari beberapa perusahaan swasta dan pemerintah. Bukan hanya karena dana hasil IPO yang diperkirakan besar, tapi juga karena IPO yang ditunggu-tunggu itu terkait dengan beberapa nama besar perusahaan. Oleh karena itu, kami berharap tahun 2021 akan menunjukkan perbaikan pada lansekap IPO Indonesia," jelas Sahala, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Rabu (5/5/2021).
Baca Juga: Pengusaha Muda Dukung Usaha Erick Thohir Bikin 14 BUMN IPO
1. Aktivitas IPO di pasar global
Anomali pun kemudian terjadi pada aktivitas IPO di pasar global. Kuartal I 2021 menujukkan hasil terbaik dari segi jumlah dan hasil dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
"Dengan pasar yang dibanjiri likuiditas, nilai dana dan jumlah kesepakatan IPO global telah mencatat kinerja terbaik dalam 20 tahun. Namun, masih banyak ketidakpastian yang dapat menciptakan volatilitas dan memengaruhi pasar IPO," ujar EY Global IPO Leader, Paul Go.
Adapun ketidakpastian tersebut di antaranya adalah program vaksinasi yang lebih lambat dari perkiraan dan juga gelombang baru pandemik COVID-19.
"Kemudian perlambatan dan penarikan aplikasi IPO karena proses regulasi yang
diperketat dan risiko pasar modal yang tidak stabil dari bank yang mengurangi financial leverage. Perusahaan harus siap untuk mengakses pasar saat kesempatan tetap terbuka," sambung Paul.
Di sisi lain, selama kuartal I 2021, pasar IPO global mencatat adanya 430 transaksi yang mampu menghasilkan dana sebesar 105,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Dari segi jumlah transaksi IPO, pertumbuhannya meningkat 85 persen year on year (yoy) dan dari segi jumlah dana terhimpun pertumbuhannya melesat 271 persen yoy.
Paul menjelaskan, likuiditas yang cukup dan peluang baru akibat pandemik COVID-19 berperan besar dalam lonjakan aktivitas IPO global tersebut. Selain itu juga ditambah dengan aktifnya generasi muda dalam berinvestasi.
"Pada saat yang sama, transaksi spekulatif dan oportunistik seiring dengan populernya platform investasi ritel di kalangan masyarakat umum, termasuk generasi muda, telah menjadikan investasi menjadi lebih mudah diakses," imbuh dia.
Baca Juga: Fakta-Fakta Indeks Bursa Saham AS, Jumlahnya sampai 5 Ribuan!
Baca Juga: IPO Jadi Strategi Erick Thohir Buat BUMN Bisa Bersaing Global