TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BI Beberkan Sejumlah Langkah Stabilkan Kurs Rupiah

Kurs rupiah melemah tajam pasca libur Lebaran

ilustrasi rupiah melemah (IDN TImes/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) siap mengambil sejumlah langkah penting guna menjaga kestabilan rupiah usai libur Lebaran. Nilai tukar mata uang rupiah sendiri terus mengalami pelemahan seiring dengan semakin kuatnya perekonomian Amerika Serikat (AS) di tengah konflik Timur Tengah.

"Selama libur Lebaran, pasar non deliverable forward (NDF) IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp16.000 atau sudah di sekitar Rp16.100 sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI, Edi Susianto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Baca Juga: Airlangga Klaim Rupiah Masih Terkendali Meski Ada Konflik Iran-Israel

1. Langkah BI stabilkan nilai tukar rupiah

gedung Bank Indonesia (instagram.com/bank_indonesia)

Edi pun membeberkan sejumlah langkah yang dilakukan BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Pertama, menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran valuta asing (valas) di pasar melalui triple intervention khususnya di spot dan domestic non deliverable forward (DNDF).

Kemudian, BI juga meningkatkan daya tarik aset rupiah utk mendorong aliran modal masuk asing (capital inflow) seperti melalui daya tarik Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan hedging cost.

"BI juga melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan pemerintah, Pertamina, dan lainnya," ujar Edi.

2. Perekonomian AS terus menguat

infografis daftar kurs mata uang di Asia (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, pelemahan rupiah terhadap dolar AS terjadi seiring dengan perekonomian Negeri Paman Sam yang terus menguat di tengah konflik Iran dan Israel.

"Rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar. Selain itu, terdapat memanasnya konflik di Timur Tengah khususnya konflik Iran-Israel," kata Edi.

Perkembangan tersebut menyebabkan semakin kuatnya sentimen risk off di pasar sehingga mata uang emerging market, khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS.

Adapun indeks dolar AS selama periode libur Lebaran menguat sangat signifikan, yaitu dari 104 menjadi di atas 106. Bahkan per Selasa (16/4/2024) pagi sudah mencapai angka 106,3.

Baca Juga: Dolar Melambung, Airlangga Tepis Rupiah Mata Uang Terburuk di Asia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya