BI: Neraca Pembayaran Q2-2023 Defisit Rp113,22 Triliun
Berasal dari defisit transaksi berjalan dan transaksi modal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca pembayaran Indonesia pada kuartal-II 2023 tercatat defisit sebesar 7,4 miliar dolar AS atau setara Rp113,220 triliun (kurs Rp15.300 per dolar AS).
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menyampaikan, defisit neraca pembayaran Indonesia bersumber dari defisit transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial.
Rinciannya, defisit transaksi berjalan mencapai 1,9 miliar dolar AS atau 0,5 persen terhadap PDB. Defisit ini setara Rp29,07 triliun (kurs Rp15.300 per dolar AS).
"Transaksi berjalan mencatat defisit rendah di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," ucap Erwin dalam keterangan tertulis, Selasa (22/8/2023).
Baca Juga: Rupiah Menguat Sore Ini Berkat Surplus Neraca Pembayaran Indonesia
Baca Juga: Neraca Pembayaran: Pengertian, Tujuan, dan Cara Menghitungnya
1. Ekspor nonmigas turun disebabkan perlambatan ekonomi global
Erwin pun menjelaskan, surplus neraca perdagangan nonmigas masih tinggi, meski menurun dari kuartal sebelumnya. Menurut Erwin, kondisi ini dipengaruhi ekspor nonmigas yang menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global.
Sementara itu, impor menurun terbatas di tengah kondisi membaiknya aktivitas ekonomi domestik.
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas meningkat lantaran dipengaruhi tingginya konsumsi BBM sebagai dampak naiknya mobilitas dan kebutuhan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
"Lebih lanjut, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer juga lebih tinggi sejalan dengan peningkatan ekonomi domestik dan pola pembayaran dividen pada periode laporan," kata Erwin.
Editor’s picks
Baca Juga: Neraca Pembayaran Indonesia: Pengertian, Tujuan, dan Contohnya