TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BPDPKS Siapkan Rp31 Triliun Bayar Selisih Harga Biodiesel dan Solar

Ada 13,5 juta kiloliter biodiesel disalurkan tahun ini

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman menyiapkan dana tidak kurang dari Rp31 triliun untuk digunakan dalam pembayaran selisih harga FAME dan solar.

FAME sendiri merupakan singkatan dari fatty acid methyl ester yang biasa disebut sebagai biodiesel.

"Kami sudah memproyeksikan di 2023 nanti dengan penyaluran kurang lebih 13,5 juta kiloliter, dana Rp30 triliun hingga Rp31 triliun diputuskan Komite Pengarah untuk alokasi memenuhi selisih HIP biodiesel dan HIP solar," ucap Eddy di Gedung Kemenko Perekonomian, Selasa (31/1/2023).

Baca Juga: Berlaku 1 Februari 2023, B35 Bakal Kurangi Ketergantungan BBM

Baca Juga: Program B35 Bisa Hemat Devisa RI hingga US$10,75 Miliar

1. Tugas BPDPKS

Ilustrasi kelapa sawit. (IDN Times/Sunariyah)

Eddy mengatakan, alokasi anggaran hingga Rp31 triliun itu jadi bagian dari tugas yang diberikan ke BPDPKS.

Sejak pertama kali berdiri, BPDPKS memang bertugas membayarkan selisih harga antara biodiesel dan solar.

"Jadi, sesuai dengan regulasi yang ada, fungsi BPDPKS membayar selisih harga indeks pasar (HIP) solar dengan harga indeks pasar (HIP) biodiesel," kata Eddy.

Artinya, sambung Eddy, apabila harga biodiesel lebih tinggi dari solar maka hal tersebut ditanggung oleh BPDPKS.

Baca Juga: Anggota DPR Minta BPDPKS Diaudit karena Rugikan Petani Sawit

2. Jadi tantangan buat BPDPKS

shutterstock.com/EVANATTOZA

Kendati menjadi tugasnya, Eddy mengakui hal tersebut menjadi tantangan terutama pada saat pemberlakuan kebijakan B35 pada 1 Februari nanti.

Seperti diketahui, pemerintah bakal melaksanakan program mandatori B35 atau pencampuran biodiesel atau bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit 35 persen pada bahan bakar minyak (BBM) jenis solar per tanggal tersebut.

"Itu tantangannya, ketersediaan dana apalagi kalau nanti selisihnya tinggi sekali," ucap Eddy.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya