TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Eks Menpar Arief Yahya Sebut Bukalapak dan Grab Bakal Merger

Perusahaan digital makin berprestasi saat ini

IDN Times/Helmi Shemi

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Pariwisata periode 2014-2019, Arief Yahya menyebutkan, dua startup berstatus unicorn yakni Bukalapak dan Grab akan merger. Pendapat itu disampaikan Arief terkait dengan capaian perusahaan digital saat ini yang mampu menjadi lima besar perusahaan dengan market cap atau kapitalisasi terbesar di dunia.

"Misal di Indonesia, perusahaan transportasi dengan valuasi terbesar bukan badan usaha penerbangan pelat merah. Melainkan Gojek dengan valuasi Rp300 triliun sebagai perusahaan ride hailing yang tidak punya moda transportasi, tetapi digital company. Saat ini digital company juga berlomba-lomba untuk menjadi super-app. Mudah ditebak, Bukalapak dan Grab akan bergabung, poinnya adalah platform value,” ucap Arief dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Minggu (29/5/2022).

Baca Juga: Cuan, Bukalapak Cetak Laba Bersih Rp14,5 Triliun di Kuartal I-2022

Baca Juga: Perkuat Digitalisasi Sistem Transportasi, PLN Teken MoU dengan Grab 

1. Melambungnya perusahaan digital berikan tantangan bagi BUMN

Seorang pelaku UMKM mengisi daftar hadir untuk mengikuti pelatihan di Rumah BUMN BRI Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Sejalan dengan prestasi perusahaan digital tersebut, ada tantangan yang hadir bagi Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.Arief juga yang pernah memimpin Telkom menyatakan, transformasi BUMN membutuhkan transformational leadership.

Oleh karena itu, agar bisa menjalankan peran tersebut maka BUMN membutuhkan pemahaman mengenai tantangan terbaru yang dihadirkan oleh para perusahaan digital.

"Tantangan yang dihadapi memang sangat banyak, karena itu dibutuhkan pemetaan tantangan, seperti pemetaan digital vortex. Ini adalah pemetaan yang membandingkan misal dampak digitalisasi ke berbagai industri," tutur Arief.

Sementara, lanjut Arief, untuk inovasi bisa berkaitan dengan customer value yang bisa diberikan agar bisa bertahan dan menang menghadapi tantangan digitalisasi.

"Misalnya dengan memilih salah satu pilihan, customer value, experience value dan platform value. Agar bisa mengambil pilihan yang tepat, dibutuhkan sebuah leadership capability," ucap dia.

Baca Juga: Telkom Tetap Investasi ke Startup di Tengah Restrukturisasi Global 

2. Pimpinan BUMN mesti punya leadership capability

Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Para pimpinan BUMN pun diharapkan Arief memiliki leadership capabilities atau kapasitas kepemimpinan tersebut. Arief melanjutkan, leadership capability itu memiliki rentang dari klasik hingga contextual atau agile.

Selain itu, juga mesti mencakup kemampuan menggunakan head atau pemikiran seperti intellectuality, professional values, thinking dan heart atau empati seperti emotionality, personal values, dan feelings.

"Bagaimana leaders itu menerapkan kemampuan tersebut? Leaders itu berfokus ke orang atau SDM, sedangkan managers berfokus ke bisnis," kata Arief.

Arief pun mengungkapkan alasan mengapa seorang pemimpin harus fokus terhadap sumber daya manusia atau SDM. "Karena itu yang akan digunakan mengarahkan para manajer agar bisnisnya bisa menjadi pemenang di kategorinya. Itulah yang kemudian digunakan oleh agile leaders," ujarnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya