TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IHSG Anjlok Terus, Bos BNI Sekuritas Ungkap Biang Keroknya

IHSG melemah 0,80 persen pekan ini

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Menutup pekan terakhir Mei 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi hingga 0,80 persen pada level 6.633,26 dibandingkan pekan sebelumnya pada posisi 6.687.

Direktur Utama BNI Sekuritas, Agung Prabowo pun mengatakan, sentimen yang memicu koreksi IHSG pada pekan ini dan pekan-pekan sebelumnya datang dari investor asing seiring dengan ketidakpastian ekonomi global.

"Koreksi IHSG cukup dalam dan kita tahu problem dari faktor-faktor yang menyebabkan koreksi itu kan juga datangnya dari para investor global. Dulu investor asing kan banyak juga mendominasi pasar kita, kita butuh mereka untuk berinvetsasi di kita," tutur Agung dalam pernyataannya, dikutip Kamis (1/6/2023).

Baca Juga: Mengenal Sekuritas dan Seluk Beluk Jenis serta Bentuknya di Indonesia

1. Indonesia masih dalam kondisi kuat

Direktur Utama BNI Sekuritas, Agung Prabowo (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Agung kemudian menambahkan, jika ketidakpastian ekonomi global yang berpusat di Amerika Serikat (AS) mereda maka dampak positifnya bakal cepat datang ke Indonesia.

Hal itu tidak terlepas kondisi perekonomian dalam negeri yang masih kuat.

"Kalau di dalam sih kita semua faktor makro itu sangat kuat sekali, kita bisa melewati pandemi dengan baik, fiskal kita juga sehat, monetary policy kita juga sudah diuji dan bagus, government policy yang fokus kepada value added industry itu juga mendukung sekali," papar Agung.

Baca Juga: Cari Cuan dengan Investasi Saham Metode Teknikal atau Fundamental

2. Tindakan tidak tegas yang diambil AS berpengaruh ke Indonesia

Ilustrasi suku bunga (IDN Times/Umi Kalsum)

Di sisi lain, Agung menilai Pemerintah AS tidak menunjukkan ketegasan dalam mengambil keputusan ketika tengah krisis.

Hal itu kemudian memengaruhi kondisi ekonomi global dan juga pasar di Indonesia.

"Dalam menangani krisis, di AS tidak seperti kita, tidak sedisiplin kita atau ketika menangani monetary policy harusnya menaikkan suku bunga cepat, tapi jadi lambat. Itu yang gitu-gitu pengaruh juga ke global dan market kita," ucap Agung.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya