TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jerman Pastikan Tetap Tinggalkan Batu Bara pada 2030

Konsumsi batu bara meningkat di Jerman belakangan ini

Ilustrasi Batubara (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Penggunaan batu bara di Jerman mengalami kenaikan seiring permintaan listrik yang semakin tinggi akibat masuknya musim dingin. Krisis energi Eropa akibat konflik Rusia - Ukraina juga mendasari terjadinya hal tersebut.

Krisis Rusia - Ukraina telah memicu pemotongan suplai gas dari Pipa Nord Stream dari Rusia sebesar 40 persen. Kenaikan penggunaan batu bara tersebut pun berbanding terbalik dengan rencana Jerman yang siap meninggalkan penggunaan batu bara pada 2030 nanti.

Anggapan itu langsung ditepis sejumlah ahli yang justru mengatakan bahwa kondisi tersebut hanya bersifat sementara. Jerman tetap pada rencana meninggalkan batu bara dan mencapai bauran energi terbarukan hingga 80 persen pada 2030.

Baca Juga: Minim Stok, Eropa Berburu Batu Bara ke Indonesia

Baca Juga: Imbas Rusia Potong Pasokan Gas, Jerman Mulai Beralih ke Batu Bara

1. Jerman tidak akan ragu tinggalkan batu bara

Ilustrasi Tambang Batubara (IDN Times/Aditya Pratama)

Pemerintah Jerman sendiri diketahui tengah menyiapkan Undang Undang (UU) Pemeliharaan Pembangkit Listrik Pengganti yang membuat sebagian kalangan kebingungan.

UU itu telah disahkan melalui kabinet pada tanggal 8 Juni dan akan dilakukan pemungutan suara di parlemen pada tanggal 8 Juli mendatang.

Gagasan UU tersebut adalah untuk mengganti cadangan gas dengan pembangkit listrik yang ada, yakni batu bara untuk jangka waktu terbatas hingga 31 Maret 2024. Jerman memperluas pasokan listrik batu bara kritisnya dari 6 gigawatt (GW) menjadi 10 GW pada waktunya untuk musim dingin.

Namun, Direktur Kebijakan Germanwatch, Christop Bals mengatakan Pemerintah Jerman sama sekali tidak memiliki keraguan meninggalkan batu bara meski ada UU tersebut.

"Pemerintah Jerman hanya berpikir bahwa cadangan untuk 2-3 tahun ke depan dalam situasi Jerman memiliki kekurangan pasokan gas yang ekstrem dan musim dingin yang sangat dingin, pembangkit listrik tenaga batu bara itu akan digunakan untuk sementara. Tidak ada rencana sama sekali di pemerintah saat ini untuk meragukan kebijakan phase out dari batu bara," ucap Bals dalam siaran pers kepada IDN Times, Sabtu (24/6/2022).

Baca Juga: Jokowi: Harga Batu Bara Naik, Bang Ical Pasti Senang

2. Era baru energi bersih akan datang dalam waktu lebih cepat

unsplash.com/nrdoherty

Sementara itu, Analis Utama Ember, Dave Jones mengungkapkan bahwa era baru energi dan listrik bersih 100 persen akan hadir lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun. Penggunaan batu bara sebagai tenaga listrik sendiri mungkin akan mengalami sedikit peningkatan dalam jangka pendek jika Presdien Rusia, Vladimir Putin terus memotong gas Eropa.

"Namun, Eropa sekarang sedang mencari cara untuk secara cepat mengurangi pembangkit listrik tenaga gas dan masih berkomitmen untuk menghentikan tenaga batu bara secara bertahap. Sebagian besar negara di Eropa menggandakan transisi energi listrik mereka dengan tarif pembangunan baru dan sangat ambisius yang ditetapkan dekade ini untuk pembangkit tenaga angin dan matahari, yang tidak diragukan lagi akan menghasilkan penurunan emisi CO2 yang lebih cepat," tutur Dave.

3. Kejadian di Jerman bisa jadi pelajaran buat negara Eropa lainnya

ilustrasi batu bara (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Apa yang terjadi di Jerman tersebut patut menjadi pelajaran bagi negara-negara di Eropa lainnya.

Penasihat Kebijakan di E3G Berlin, Ysanne Choksey mengatakan bahwa negara-negara hanya dapat melakukan transisi bauran energi mereka dari bahan bakar fosil jika persiapan yang diperlukan sudah dilakukan sebelumnya.

Dia pun menyayangkan keberadaan draft UU Pemeliharaan Pembangkit Listrik Pengganti. Namun, Choksey juga memahami kondisi Jerman yang akibat situasi luar biasa saat ini jadi sangat bergantung pada gas Rusia.

"Tiga bulan kehilangan kesempatan untuk mendorong industri melakukan penghematan energi besar-besaran setara dengan hilangnya investasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi dalam satu dekade. Hasilnya adalah pemerintah membuat keputusan di belakang. Saya menyambut baik pengulangan bahwa tanggal penghapusan 2030 tidak akan terpengaruh," katanya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya