TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lahir di Kamar Kos dan Modal Rp80 Ribu, Riwayat Bukalapak yang Mau IPO

Bukalapak dijadwalkan resmi melantai di BEI 6 Agustus 2021

Presiden Direktur PT Bukalapak.com Tbk, Rachmat Kaimuddin. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Presiden Direktur PT Bukalapak.com Tbk, Rachmat Kaimuddin mengungkapkan, penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) merupakan mimpi besar Bukalapak yang kini terwujud sempurna.

Hal itu disampaikannya sembari mengingat sejarah berdirinya Bukalapak pada 2011 yang berawal dari sebuah tempat kos sederhana.

"Bukalapak berdiri tahun 2011, modalnya cuma Rp80 ribu buat beli website, tapi memang dari awal cita-cita besar kami adalah bagaimana caranya memberdayakan UMKM supaya bisa naik kelas dan semua orang bisa jual beli barang dan jasa," ucap Rachmat, pada saat konferensi pers virtual, Jumat (9/7/2021).

Cita-cita besar tersebut tentunya bakal semakin besar seiring dengan IPO Bukalapak yang dijadwalkan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021.

Baca Juga: Bukalapak Jadi Startup Unicorn Pertama yang Melantai di Bursa Efek

1. Bukalapak targetkan raup dana hampir Rp22 triliun dari IPO

IDN Times/Shemi

Berdasarkan prospektus, Bukalapak dengan kode saham BUKA berencana menawarkan 25 persen saham ke publik dengan target perolehan dana mencapai nyaris Rp22 triliun atau tepatnya Rp21.900.679.123.350.

Sementara itu, harga IPO yang ditawarkan Bukalapak untuk tiap lembar sahamnya adalah berkisar antara Rp750-Rp850.

Adapun, 66 persen dana IPO tersebut bakal digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan mendukung operasionalisasi perseroan serta mengembangkan visi atau cita-cita dengan mendigitalisasi lebih banyak UMKM.

Kemudian sebanyak 34 persen sisanya digunakan sebagai modal kerja di entitas anak dengan rincian 15 persen dialokasikan ke PT Buka Mitra Indonesia dan 15 persen dialokasikan untuk PT Buka Usaha Indonesia.

Berikutnya masing-masing satu persen dialokasikan kepada PT Buka Investasi Bersama, PT Buka Pengadaan Indonesia, Bukalapak Pte.Ltd, dan PT Five Jack.

2. Fokus Bukalapak setelah IPO

Ilustrasi e-commerce. IDN Times/Helmi Shemi

Rachmat kemudian menjelaskan bahwa fokus perseroan setelah IPO nanti adalah untuk semakin mengembangkan ekosistem Bukalapak, baik di marketplace maupun dengan mitra Bukalapak.

Salah satunya adalah dengan memperbanyak digitalisasi warung yang memiliki potensi pertumbuhan cukup besar pada 2020 silam.

Berdasarkan riset Frost & Sullivan, Bukalapak merupakan platform e-commerce yang paling banyak memiliki jaringan mitra di Indonesia. Tahun lalu, sekitar 27 persen dari total processing value (TPV) Bukalapak berasal dari mitra.

Per akhir Desember 2020, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta dengan pertumbuhan penjualan per mitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat. Adapun, TPV perseroan pada 2020 mencapai Rp85 triliun dan hingga 31 Desember 2020, jumlah pengguna yang terdaftar sebanyak 104,9 juta.

"Melalui IPO, Bukalapak ingin melibatkan lebih banyak masyarakat untuk mendukung perkembangan perusahaan lokal dalam memajukan perekonomian bangsa. Sebagai perusahaan All-Commerce, Bukalapak melayani inti dari ekonomi konsumen Indonesia yang terdiri atas physical products, virtual products, SaaS, dan financial inclusion," ujar Rachmat.

Baca Juga: Harga IPO Rp750-Rp850 per Saham, Bukalapak Bakal Raup Rp22 Triliun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya