TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mau IPO, Ekonom: Blibli Punya Potensi Sukses Seperti Amazon-Alibaba

Blibli bakal resmi melantai di BEI 8 November 2022

ilustrasi blibli (IDN Times/Besse Fadhilah)

Jakarta, IDN Times - Beberapa perusahaan atau startup teknologi telah memutuskan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadikannya sebagai perusahaan publik.

Tahun lalu ada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan tahun ini ada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) serta PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli yang juga meramaikan pasar modal Indonesia.

Blibli sendiri menurut jadwal bakal mencatatkan saham perdananya di BEI pada Selasa (8/11/2022). Namun, IPO Blibli mendapat sorotan karena dilakukan di tengah pelemahan ekonomi global, termasuk juga menurunnya performa perusahaan-perusahaan teknologi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Muhammad Andri Perdana mengatakan, IPO Blibli jutsru memiliki competitive advantage tersendiri.

Hal itu karena tujuan penggunaan dana IPO Blibli yang ditujukan untuk perbaikan struktur usaha perseroan. Di saat para startup lain mengalami kesulitan pendanaan, salah satunya karena kondisi ekonomi yang diproyeksikan akan mengalami resesi pada 2023, dana segar hasil IPO ini tentunya menjadi berita baik untuk Blibli.

"Sebanyak Rp5,5 triliun dari Blibli itu digunakan untuk memperbaiki dari struktur modal, mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi Debt Equity Rasionya (DER). Dengan penurunan DER ini, perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki, termasuk potensi pembagian dividen kepada investor di masa mendatang," tutur Andri, Minggu (6/11/2022).

Baca Juga: Blibli Patok Harga IPO Rp450 per Saham, Minat Beli?

1. Blibli bisa mencontoh kesuksesan Amazon, Alibaba, dan Rakuten

Konferensi pers penawaran umum saham perdana PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli (BELI) di Jakarta, Selasa (18/10/2022). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Andri pun menyebutkan, Blibli bisa mencontoh kesuksesan perusahaan e-commerce lain seperti Amazon, Alibaba, dan Rakuten di luar negeri.

Ketiganya jadi bukti bahwa perusahaan e-commerce omnichannel dengan model bisnis seperti Blibi mampu berkembang pesat.

Amazon dan Alibaba telah melakukan ekpansi dengan skala masif. Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime. Kemudian disusul Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan.

Andri pun meyakini Blibli punya potensi untuk berkembang layaknya tiga perusaahaan tersebut.

"Mereka sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekalipun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang terdampak ekonomi. Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan," beber Andri.

2. Utang Blibli masih dalam tahap wajar

Ilustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, soal utang yang masih diderita Blibli, Andri menilainya sebagi hal wajar.

Menurut dia, startup seperti Blibli memiliki utang untuk investasi serta pengembangan bisnisnya.

“Selama utang itu sehat dan terukur dari segi Debt to Equity Ratio, Profitabilitias dan Likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah," kata Andri.

Sebagai informasi, Blibli diproyeksikan bakal menghimpun dana IPO hingga Rp7,9 triliun. Dana tersebut akan dipergunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas, sementara sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.

Baca Juga: Apple Lovers Merapat, Pre-Order iPhone 14 di Blibli Bisa Bebas Cicilan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya