TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mendag Pelajari Kasus 'Hilangnya' Jack Ma demi Pasar E-commerce Sehat

Pasar e-commerce harus adil dan bermanfaat

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat menghadiri Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perdagangan Tahun 2021 di Istana Negara, Kamis (4/3/2021). (Dok. Kemendag)

Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengaku siap menjalankan perdagangan e-commerce yang penuh keadilan dan kebermanfaatan di Indonesia. Pesatnya perkembangan industri e-commerce di Indonesia telah menjadi satu hal yang mendapatkan perhatian M Lutfi.

Oleh karenanya, mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut tak ingin ada satu perusahaan pun yang superior dibandingkan perusahaan lainnya di pasar e-commerce Indonesia.

"Jadi kita tetap mesti kembali kepada tata kelola kita dalam perdagangan yaitu kita mencari perdagangan yang adil dan bermanfaat karena kalau dalam perdagangan satu lebih kuat dari yang lain dan persaingan memakan korban atau kompetisi yang lain mati ini adalah sesuatu yang tidak sehat," jelas Lutfi dalam diskusi virtual bersama Katadata Indonesia, Kamis (18/3/2021).

Baca Juga: Jack Ma Akhirnya Muncul ke Publik, Bertemu dengan 100 Guru

1. Belajar dari kasus di Tiongkok

Bos Alibaba Group Jack Ma (ANTARA FOTO/M. Agung Rajasa)

Lutfi pun mengaku selalu mempelajari tren-tren e-commerce yang terjadi di dunia internasional. Hal itu termasuk kasus menghilangnya miliarder Tiongkok sekaligus bos e-commerce terbesar Tiongkok Ali Baba Group, Jack Ma beberapa waktu lalu.

"Waktu Jack Ma yang pada saat itu hilang, ditahan di Beijing sana, di Tiongkok, saya itu mempelajari tuduhan pemerintah Tiongkok yang kasarnya dia (Jack Ma) menyelenggarakan hulu sampai hilir yang disebut di e-commerce itu 'winner takes all'," terang dia.

Respons pemerintah Tiongkok itu kemudian dijadikan Lutfi sebagai sebuah studi kasus yang perlu jadi perhatiannya sebagai pemimpin di Kementerian Perdagangan.

"Jadi, kalau Tiongkok yang negaranya sudah advance begitu takut dengan 'winner takes all' atau satu orang menguasai hajat hidup orang banyak, maka ini artinya jadi satu concern buat saya yang kebetulan memimpin Kementerian Perdagangan," ujarnya.

Baca Juga: Siap-siap! Satu Unicorn E-Commerce Bakal IPO di BEI 2021

2. Bertentangan dengan asas perdagangan

Muhammad Lutfi kembali terpilih menjadi Menteri Perdagangan (ANTARA FOTO/Ismar Patrizki)

Lebih lanjut Lutfi menjelaskan, praktik 'winner takes all' sangat berpotensi melanggar asas perdagangan yang adil dan bermanfaat.

Jika praktik 'winner takes all' dibiarkan, industri e-commerce Indonesia pastinya tidak akan berjalan dengan sehat. Perusahaan dengan modal dan kapabilitas besar akan terus maju, sedangkan perusahaan yang kecil justru akan semakin tergerus keberadaannya.

"Paling penting adalah ketika tidak menjaga pasar ini maka korbannya adalah industrialisasi terutama bagi UMKM kita," ungkap Lutfi.

Baca Juga: Bukan Hilang, Ternyata Ini Alasan Jack Ma Tidak Muncul di Publik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya