Minta Bertemu Sri Mulyani, Pengusaha Bali Sebut Pajak Hiburan Membunuh
Kenaikan pajak hiburan termasuk spa dan karaoke tuai protes
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pengusaha asal Bali meminta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno mengajak Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati datang ke Pulau Dewata dan bertemu dengan seluruh pelaku usaha hiburan. Hal tersebut sejalan dengan penerapan pajak barang jasa tertentu (PBJT) sebesar 40 hingga 75 persen.
Adapun permintaan tersebut datang dari Founder Ni Luh Djelantik sekaligus Aktivitas Sosial, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik. Ni Luh pun meminta pemerintah tidak menyamaratakan semua bisnis hiburan masuk jenis tertentu, yakni bisnis diskotik, karaoke, klub malam, bar, dan mandi uap/spa.
"Saya berharap Mas Menteri (Sandiaga Uno) dapat mengajak Ibu Sri Mulyani ke Bali bertemu dengan semua pengusaha spa, bertemu dengan semua pengusaha hiburan. Seperti yang kita ketahui Bali 60 persennya adalah pariwisata, kita jangan menyamaratakan semua bisnis hiburan itu adalah hanya untuk orang tertentu," kata Ni Luh dalam The Weekly Brief with Sandiaga Uno, Senin (22/1/2024).
Baca Juga: Kemenkeu Ungkap Alasan Kenaikan Pajak Hiburan Karaoke dan Spa
1. Kenaikan pajak membunuh rakyat
Ni Luh menambahkan, bisnis hiburan di Bali tidak bisa disamaratakan lantaran di sepanjang jalan Seminyak, Legian, dan Kuta terdapat mandi uap dan massage yang tarifnya hanya sebesar Rp150 ribu.
Dengan begitu, jika pajaknya dinaikkan minimal 40 persen dan maksimal 75 persen maka itu sama saja dengan membunuh rakyat.
"Dengan tarif Rp150 ribu, kemudian diterapkan tarif pajak seperti yang disampaikan Ibu Lidya (Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kemenkeu), itu sama saja membunuh rakyat karena ada puluhan ribu pekerja di sana, bekerja di restoran, di bar, di night club," ucap Ni Luh.