TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemilu 1 Putaran, Perekonomian RI Diprediksi Melesat

Ekonom Citibank ulas proyeksi ekonomi RI pascapemilu

Konferensi pers kinerja keuangan Citi Indonesia dan outlook perekonomian RI 2024 (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman mengungkapkan bahwa secara umum, makroekonomi Indonesia masih positif terhadap output pertumbuhan ekonomi. Optimisme itu muncul seiring dengan berakhirnya Pemilu 2024 hanya dalam satu putaran.

"Dengan selesainya pemilu damai dan satu putaran, di satu sisi memang stimulus berupa belanja kampanye berakhir lebih cepat dibandingkan jika pemilu dua putaran. Namun, di sisi lain ketidakpastian politik juga berakhir lebih cepat," tutur Helmi, dikutip Rabu (3/4/2024).

Baca Juga: Bos OJK Ramal Perekonomian Global Tak Terseret Resesi

1. Keberlanjutan jadi kunci

Istana Merdeka, Jakarta (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Sementara itu, manifesto politik presiden terpilih yang menjanjikan keberlanjutan berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo bisa jadi kunci dalam percepatan pemulihan investasi.

"Dan ini membuka jalan untuk percepatan pemulihan siklus investasi di sektor swasta. Ini (dari) perspektif pasar obligasi, proses transisi politik yang sedang berjalan ini memang memiliki implikasi fiskal yang belum sepenuhnya kita ketahui," ucap Helmi.

2. Kejelasan dampak fiskal

Prabowo ucapkan maaf, Gibran peragakan gesturnya. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Secara jangka panjang, dalam perspektif investor pasar obligasi, kejelasan dampak fiskal dari kebijakan pemerintah yang baru sangatlah ditunggu. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pemenang Pemilu 2024. Keduanya akan dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029.

"Terkait dengan perspektif jangka lebih panjang, pasar obligasi masih membutuhkan kejelasan lebih lanjut soal dampak fiskal program-program pemerintah akan datang. Program makan siang gratis untuk anak-anak yang kemungkinan biayanya dalam perhitungan kasar kami bisa mencapai jumlah ekuivalen sekitar 1 persen atau mendekati 2 persen PDB Indonesia," tutur Helmi.

Baca Juga: Ekonomi RI Bakal Tertekan jika PPN Jadi 12 Persen 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya