TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PGE Rilis Green Bonds Buat Bayar Utang, Investor Diminta Hati-Hati

PGE berencana terbitkan green bonds 400 juta dolar AS

Ilustrasi investor (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Investor diharapkan berhati-hati terhadap aksi refinancing yang dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE. Refinancing yang dimaksud adalah menerbitkan surat utang hijau atau green bonds guna membayar utang PGE.

Himbauan untuk berhati-hati disampaikan Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto lantaran adanya risiko gagal bayar dan komitmen penyelesaian utang.

Ramdhan mengatakan, melimpahnya likuiditas di pasar obligasi tidak menurunkan kehati-hatian investor dalam memilih portofolio investasi pada instrumen surat utang.

Menurut dia, kasus gagal bayar bunga obligasi yang menimpa sejumlah emiten baru-baru ini akan menjadi sentimen negatif bagi penerbitan green bonds PGEO disebabkan status perseroan yang juga merupakan anak usaha BUMN, yakni Pertamina.

“Walaupun gak sampai default, tapi ini mengganggu kepercayaan investor. Untuk itu memang dibutuhkan keterbukaan informasi dari regulator dan perusahaan itu sendiri,” ujar Ramdhan dalam pernyatannya seperti dikutip Rabu (3/5/2023).

Baca Juga: Rilis Utang Buat Bayar Utang, PGE Disebut Bisa Kena Bunga Lebih Tinggi

Baca Juga: PGE Diwanti-wanti soal Utang Jangka Pendek Rp9,12 Triliun

1. Rating green bonds PGEO

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain itu, lanjut Ramdhan, peringkat BBB- dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings untuk green bonds PGEO dinilai terlalu berisiko bagi investor. Adapun rating BBB- merupakan tingkat kelayakan investasi paling rendah.

“Ini terlalu berisiko, makanya perseroan harus membuktikan bahwa mereka mempunyai komitmen yang baik dalam penyelesaian utang-utangnya,” ucap dia.

Baca Juga: Raup Dana Segar Rp9 Triliun dari IPO, PGE Bidik Investasi Energi Hijau

2. Potensi menanggung tingkat bunga lebih tinggi

Ilustrasi obligasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Dari sisi korporasi, PGEO disebut Ramdhan, harus menanggung tingkat bunga yang lebih tinggi pada penerbitan surat utang luar negeri perdananya, terlebih emisi hasil obligasi akan digunakan untuk membayar utang kembali alias refinancing.

“Kalau tidak punya history rilis surat utang, yang harus ditanggung memang cost of fund pasti lebih tinggi," katanya.

Di sisi lain, kata Ramdhan, komitmen penyelesaian utang-utang PGEO juga belum teruji di pasar sehingga pelaku pasar akan lebih berhati-hati.

"Makanya untuk emiten-emiten yang sudah rutin menerbitkan obligasi dan mempunyai catatan baik di pasar akan lebih mudah diterima investor," ucapnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya