Tupperware Terancam Bangkrut, Sahamnya Anjlok 84 Persen
Tupperware mempertimbangkan untuk efisiensi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Merek favorit ibu-ibu Indonesia, Tupperware tengah dalam ancaman kebangkrutan setelah sahamnya anjlok hampir 50 persen pada Senin (10/4/2023). Itu merupakan penurunan terbesar sepanjang sejarah Tupperware menjalankan bisnisnya.
Melansir dari The Straits Times, Rabu (12/4/2023), para investor tengah dalam ketakutan setelah Tupperware Brand Corporation pada Jumat lalu diketahui telah menyewa penasihat keuangan.
Hal itu guna membantu perusahaan memperbaiki struktur modalnya dan memulihkan keraguan guna melanjutkan kelangsungan bisnis Tupperware.
Baca Juga: 10 Saran Selamatkan Diri ala Netizen saat Hilangkan Tupperware
Baca Juga: 5 Perilaku 'New Money' yang Bikin Cepat Bangkrut, Hati-hati!
1. Sempat raup untung ketika pandemik COVID-19
Tupperware sejatinya sempat meraih untung ketika pandemik COVID-19 melanda dunia tiga tahun lalu. Pada dua tahun pertama pandemik, harga saham Tupperware sempat melonjak menjadi 37 dolar AS per saham.
Kebijakan lockdown di hampir seluruh negara di dunia membuat penjualan peralatan dapur milik Tupperware mengalami peningkatan tinggi.
Sejak saat itu, Tupperware justru terus mengalami masa-masa sulit. Hal itu sejalan dengan perusahaan yang mengalami kendala kas akibat tingginya biaya bunga.
Alhasil, pada awal pekan ini, saham Tupperware ditutup pada level 1,2 dolar AS per saham atau anjlok 49,6 persen.
Berdiri pada 1946, Tupperware dan wadah khasnya telah menciptakan bisnis penyimpanan makanan dan minuman yang modern. Tupperware menjual produknya di hampir 70 negara, terutama melalui perwakilan independennya di seluruh dunia.
Namun, jenama yang sudah berusia 77 tahun tersebut belakangan ini tengah berjuang untuk keluar dari citranya yang kaku dan menarik pembei dari generasi lebih muda untuk tetap bisa bersaing dengan kompetitornya.