TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Timur Tengah dan Afrika Terancam Kelaparan akibat Invasi Rusia

Akibat produksi gandum yang terganggu konflik

Puluhan warga kota Aleppo, Suriah sedang mengantri untuk membeli roti. (nbcnews.com/Karam Al-Masri)

Jakarta, IDN Times - Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari dua pekan, membawa dampak luas. Meski berlangsung di kawasan Eropa timur, imbasnya menjalar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali wilayah Timur Tengah dan Afrika.

Dilansir NPR, kepala ekonom World Food Programme, Arif Hussain mengaku khawatir dengan merembetnya pengaruh kisruh Rusia Ukraina ke masalah kelaparan di dunia.

"Saya sangat khawatir," ungkap Hussain. "Warga Ukraina mengatakan bahwa mereka sedang dalam situasi bencana dan bertarung untuk hidup. Namun, bencana tersebut dapat merebak melampaui batas wilayah. Masalah ini akan menyakiti banyak orang yang berjarak ribuan mil jauhnya."

Persoalan menjadi lebih kompleks lagi di beberapa negara yang sedang mengalami konflik dan turbulensi kekuasaan seperti Suriah, Yaman, hingga Libya. Konflik yang berkepanjangan menyebabkan rakyat mengalami penderitaan dan kekurangan bahan pangan yang menyebabkan kelaparan massal.

Berikut ini adalah penjelasan bagaimana konflik Rusia dan Ukraina dapat memberikan dampak bagi masalah kelaparan di Timur Tengah dan Afrika.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina, Ini Kontribusi Mereka terhadap Ekspor Dunia

Baca Juga: Krisis Pangan, Pengungsi Palestina Butuh Bantuan Keuangan Mendesak

1. Rusia dan Ukraina merupakan produsen gandum dunia

ilustrasi ladang gandum (pexels.com/Despierres Cécile)

Dikutip dari Al Jazeera,  dari data Observatory of Economics Complexity (OEC), Rusia dan Ukraina merupakan penyuplai utama kebutuhan gandum dunia. Kedua negara Eropa Timur tersebut menjadi eksportir menyuplai sebanyak 25,4 persen dari total kebutuhan gandum dunia.

Ekspor gandum Rusia dan Ukraina juga telah menjangkau negara-negara Timur Tengah dan Afrika. Ambil contoh Mesir menjadi importir terbesar bahan pokok gandum asal Rusia dan Ukraina.

Mesir yang merupakan salah satu negara di kawasan Afrika merupakan cermin dari ketergantungan wilayah ini terhadap impor bahan makanan gandum dari Rusia dan Ukraina. Oleh karena itu, ketika konflik meletus, kegiatan ekspor gandum ke Timur Tengah dan Afrika akan terganggu.

Baca Juga: Irak Krisis Harga Pangan, Pemerintah Salahkan Perang Rusia-Ukraina

2. Harga naik bikin pelaku usaha panik

Petani gandum sedang mengumpulkan hasil panen. (bloomberg.com/Prashanth Vishwanathan)

Dikutip dari Hellenic Shipping News, konflik telah menghambat pengiriman gandum dari pelabuhan Ukraina. Sementara sanksi ekonomi terhadap Rusia telah menambah risiko impor gandum pada negara di kawasan Middle East and North Africa (MENA) yang sudah sangat keteteran menghadapi harga impor, krisis ekonomi, hingga konflik terkini.

"Semua orang mencari pasar lain setelah semakin kecilnya kemungkinan mengimpor dari Ukraina dan Rusia," ungkap salah satu bankir Timur Tengah.

Naiknya harga serta kemungkinan pembatasan ekspor, membuat pelaku usaha perlu alternatif lain. Tapi itu terhambat permasalahan klasik kawasan MENA yaitu kelangkaan air serta naiknya harga produksi.

3. Kelaparan intai negara yang sedang alami konflik

Tentara yang memanggul senjata dalam perang Suriah. (linkedin.com/Ahmad Sufian Bayram)

Konflik ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa Ukraina akan menaikkan harga gandum karena produksi semakin menipis. Naiknya harga gandum tentu menjadi pukulan telak bagi negara yang sedang dilanda konflik seperti di kawasan MENA.

Dilansir NPR, sepanjang tahun lalu harga komoditi utama mengalami kenaikan paling tinggi sejak rentang 2008 hingga 2012. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan munculnya kerusuhan di negara paling terdampak yaitu negara berkembang dan sedang mengalami konflik.

Misalnya, Tunisia yang hampir separuh persediaan gandumnya berasal dari Ukraina. Invasi Rusia telah menyebabkan harga naik ke level tertinggi sejak 14 tahun terakhir. Meski pemerintah berupaya menstabilkan harga, namun rakyat khawatir akan timbul masalah yang tak terhindarkan.

4. Kelaparan berpotensi perpanjang konflik di Afrika dan Timur Tengah

Tiga orang tentara dalam konflik Timur Tengah. (mei.edu/Steven Kearney, Ross Harrison)

Masalah kelaparan yang dihadapi negara Timur Tengah dan Afrika imbas konflik Rusia Ukraian dapat menyebabkan pemecahan masalah dalam negara menjadi terhambat. Salah satunya, Suriah yang masih terjebak dalam perang sipil harus membagi konsentrasinya untuk mengatasi masalah kelaparan pada warganya.

Dilansir UNICEF, negara-negara berkembang dan terjebak konflik telah mengalami krisis makanan karena pandemik. Ditambah lagi dengan masalah pangan akibat kisruh di Eropa Timur dapat semakin menambah masalah hingga akhirnya memperpanjang konflik.

Negara-negara yang dirundung instabilitas seperti Afghanistan, Sudan, Suriah hingga Yaman termasuk 10 negara dengan krisis pangan terburuk di dunia. Kisruh Rusia Ukraina yang menghambat impor gandum, dapat menyebabkan kelaparan dan kekacauan di negara yang pada akhirnya menyuburkan kerusuhan dan peperangan.

Writer

Rizal Khoirul Huda

Mahasiswa semester akhir yang hobi menulis di kala gabut.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya